Hari Kedua Pra Rakorbangwil 2025, BPIW Bahas Arah Pembangunan Prioritas Nasional 3
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) kembali lanjutkan
pelaksanaan kegiatan Pra Rapat Koordinasi Keterpaduan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Pra
Rakorbangwil) Tahun 2025 secara hybrid, pada 13 November 2025. Kegiatan hari ini difokuskan untuk
membahas arah pembangunan Prioritas Nasional (PN) ketiga yaitu melanjutkan pengembangan
infrastruktur dan meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan,
mengembangkan industri kreatif serta mengembangkan agromaritim industri di sentra produksi melalui
peran aktif koperasi. Rapat hari kedua, dimoderatori oleh Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur
Wilayah I.C, Pusat Pengembangan Infrastruktur Pekerjaan Umum Wilayah I, Zaldy Sastra.
Saat membuka rapat pada hari kedua, Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur Wilayah Nasional, Zevi
Azzaino menjelaskan bahwa pelaksanaan Pra Rakorbangwil pada hari kedua ini akan membahas mengenai PN
3, yang sangat berhubungan dengan tugas fungsi unit organisasi Bina Marga dan Cipta Karya.
“Sesuai rancangan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PU Tahun 2025-2029, target capaian
infrastruktur PU mendukung PN 3 adalah waktu tempuh pada lintas utama jaringan jalan nasional dan
jaringan jalan nasional,” ucap Zevi. Ia menambahkan, untuk pengembangan kawasan pariwisata
berkualitas dan berkelanjutan di 13 lokasi yakni Borobudur-Yogyakarta-Prambanan, Bali, Kepulauan
Riau, Jakarta, Lombok-Gili Tramena, Manado-Likupang, Bangka Belitung, Danau Toba, Raja Ampat, Labuan
Bajo, Bromo-Tengger-Semeru, Wakatobi, dan Morotai, tetap dibutuhkan dukungan unit organisasi Cipta
Karya.
Selanjutnya, Zevi juga memaparkan kawasan-kawasan prioritas berdasarkan tematik kawasan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 yang mendukung PN 3. “Ada 88 kawasan
prioritas yang tersebar di Indonesia dengan rincian, 38 kawasan di wilayah Sumatera dan Kalimantan,
31 kawasan di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, serta 21 kawasan di wilayah Sulawesi, Maluku,
dan Papua,” ungkap Zevi.
Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah I, Benny Hermawan, selaku penanggung jawab
perencanaan pengembangan wilayah Sumatera dan Kalimantan, menyampaikan bahwa kedua wilayah tersebut
memiliki banyak sumber daya alam namun disisi yang sama terdapat berbagai tantangan yang menekan
potensi dan optimalisasi pengembangan Sumatera dan Kalimantan. “Sumatera potensi pariwisatanya besar
namun perlu pengembangan infrastruktur bangunan pengendali banjir dan bangunan pengaman pantai. Hal
ini disebabkan tipe wilayahnya yang rentan terhadap bencana banjir, tsunami, dan abrasi pantai.
Kalimantan juga potensi perekonomiannya besar, namun tingkat hilirisasi dan diversifikasi
industrinya belum optimal,” jelas Benny. Ia juga menyinggung mengenai sebaran pusat pertumbuhan baru
di Kalimantan yang perlu pemerataan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah II, Airlangga
Mardjono, selaku penanggung jawab perencanaan pengembangan wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,
memaparkan mengenai isu pengembangan wilayah yang terkait dengan PN 3. “Capaian sanitasi baru di
Banten masih rendah sebesar 11,06% dibawah target sanitasi nasional sebesar 30% dan Banten Utara
juga mengalami penurunan luas lahan pertanian sebesar 7746 hektar per tahun,” ucap Airlangga.
Selain membahas mengenai kedua hal tersebut, Ia juga menyoroti mengenai alih fungsi lahan pertanian
seluas 150 hingga 200 hektar per tahun yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selanjutnya, Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah III, Pranoto, selaku penanggung
jawab perencanaan pengembangan wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua, memaparkan tantangan
pengembangan ketiga wilayah tersebut mendukung PN 3. “Potensi pariwisata di Pulau Sulawesi diarahkan
dengan konsep keberlanjutan, sehingga butuh keragaman atraksi, dukungan infrastruktur aksesibilitas,
dan amenitas yang sesuai dengan standar wisata dan pengelolaan kawasan yang baik agar menarik bagi
wisatawan,” ucap Pranoto. “Penguatan daya saing industri di Sulawesi Selatan juga bisa dioptimalkan,
namun butuh penguatan sinergi hulu ke hilir, pengembangan infrastrukturnya, serta sumber daya
manusianya,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Asisten Deputi Infrastruktur Ekonomi dan Industri, Deputi Bidang Koordinasi
Infrastruktur Dasar, Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK),
Firdausi Manti, menjelaskan mengenai pentingnya peranan infrastruktur dalam peningkatan ekonomi
serta kualitas hidup masyarakat. “Arah kebijakan yang berkaitan dengan PN 3 adalah pengembangan
konektivitas dan layanan transportasi multimoda, percepatan hilirisasi industri pengolahan Sumber
Daya Air unggulan dan aglomerasi industri,” ucap Firdausi. Ia menekankan prinsip dasar pembangunan
infastruktur yang perlu difokuskan pada pembangunan di wilayah yang memiliki potensi ekonomi tinggi,
membutuhkan konektivitas, dan perencanaan yang tepat.
Direktur Konektivitas dan Infrastruktur Logistik Bappenas, Dail Umamil Asri, turut menanggapi dengan
menjelaskan peranan BPIW selaku muara atau simpul penyelenggaraan pembangunan infrastruktur lingkup
Kementerian PU. “BPIW tidak hanya berbicara tugas pokok dan fungsi unit organisasi pembangunan
infrastruktur, melainkan ruang pemanfaatan, outcome yang baik dan relevan dengan output, serta
berbasis pada pertumbuhan ekonomi,” tegas Dail. “Target trisula pembangunan diantaranya mencapai
pertumbuhan ekonomi 8%, upaya percepatan penurunan kemiskinan ekstrem sebesar 0%, dan mendorong
peningkatan kualitas sumber daya manusia. BPIW perlu memikirkan cara delivery strategi kewilayahan
sebagai Key Performance Indicator (KPI) yang menyatakan keberhasilan, integrasi, konektivitas, dan
infrastruktur penunjang lainnya,” ucapnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi identifikasi rencana sektor yang memerlukan dukungan infrastruktur
PU TA 2027 antara Kementerian PU dengan Kementerian/Lembaga terkait mengenai kebutuhan program dan
kegiatan pembangunan yang mendukung PN 3. (Mut/Sya/Tiara)