BPIW Bahas Preservasi Jalan, PISEW, dan Konektivitas Antarwilayah pada Desk Rakorbangwil 2025 Hari Keempat

Desk hari keempat berfokus pada pembahasan preservasi jalan, PISEW, dan konektivitas antar wilayah

Desk Rapat Koodinasi Keterpaduan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Rakorbangwil) Tahun 2025 memasuki hari keempat pada Selasa, 16 Desember 2025. Pada pelaksanaan desk hari ini, terdapat 3 pembahasan sesuai prioritas nasional dan wilayah dimana desk 1 membahas Prioritas Nasional (PN) 5 untuk Provinsi Aceh, desk 2 membahas PN 6 dan 8 untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), serta desk 3 yang membahas PN 3 untuk Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara serta Papua, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya.
Desk 1, yang dipimpin oleh Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah I.A, Hasna Widiastuti membahas dan menyepakati pengakomodasian program preservasi jalan nasional di Provinsi Aceh. Kesepakatan ini dibahas sebagai bagian dari PN 5, yaitu melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam, khususnya dalam mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe.
Pembahasan preservasi jalan nasional difokuskan pada peningkatan konektivitas wilayah dan dukungan terhadap kawasan strategis nasional, sekaligus merespon kondisi sejumlah ruas jalan yang terdampak bencana hidrometeorologi di Provinsi Aceh. Infrastruktur jalan nasional dinilai memiliki peran penting dalam mendukung kelancaran logistik, mobilitas masyarakat, serta aktivitas industri di wilayah Aceh.
Perwakilan dari Direktorat Jenderal Bina Marga, Hussein Heykal menjelaskan bahwa penanganan ruas jalan nasional akibat bencana dapat dilakukan lebih awal pada Tahun Anggaran (TA) 2026, sehingga tidak perlu menunggu hingga TA 2027. Sehingga, usulan untuk TA 2027 difokuskan pada preservasi reguler, bukan penanganan kebencanaan, dengan penyesuaian volume dan anggaran berdasarkan hasil International Roughness Measurement System (IRMS).
Sebagai hasil akhir pembahasan, program Preservasi jalan nasional di Provinsi Aceh mendukung KEK Arun Lhokseumawe dinyatakan diakomodasi, dengan indikasi kebutuhan anggaran sekitar Rp11 miliar per kilometer sebagai dasar perencanaan awal. Penamaan kegiatan disepakati tetap mengacu pada PN 5 sebagai bagian dari kerangka perencanaan pembangunan nasional.
Desk 2, yang dipimpin oleh Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah II.C, Allien Dyah Lestary membahas beberapa usulan pekerjaan yang diakomodasi untuk dilanjutkan pada desk Konsultasi Regional (Konreg), diantaranya pelaksanaan Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) dalam Kegiatan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur, Provinsi NTT.
Dijelaskan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapperida) NTT, Tanda Sirait, Manggarai terpilih menjadi salah satu kawasan super prioritas disebabkan oleh isu kemiskinan dan stunting yang masih cukup tinggi, sehingga adanya intervensi PISEW menjadi hal yang penting untuk infrastruktur dan kepentingan kelembagaan.
Adapun pelaksanaan desk 3 sesi pertama dipimpin oleh Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah III.A, Setyo Purnomo. Sesi ini difokuskan pada sinkronisasi kebijakan dan keterpaduan program pengembangan infrastruktur jalan di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo dengan fokus pada sektor Bina Marga.
Pembahasan untuk Provinsi Sulawesi Utara difokuskan pada pengembangan Jalan Lingkar Manado, khususnya ruas Kalasey–Winangun (Mor 3). Di Provinsi Sulawesi Selatan, pembahasan menyoroti pengembangan jaringan jalan di kawasan metropolitan Mamminasata, khususnya Jalan Maminasata Bypass dan Jalan Middle Ring Road Kota Makassar. Kedua ruas jalan tersebut dinilai strategis dalam meningkatkan konektivitas antarwilayah Kabupaten Maros, Kabupaten Gowa, dan Kota Makassar, serta mendukung sistem transportasi perkotaan yang lebih terintegrasi. Sementara itu, untuk Provinsi Sulawesi Tenggara, pembahasan difokuskan pada rencana pembangunan Jembatan Muna–Buton sebagai penghubung strategis antarpulau. Adapun untuk Provinsi Gorontalo, pembahasan menekankan pengembangan Jalan Lingkar Gorontalo Segmen III yang menghubungkan kawasan bandara dengan pelabuhan.
Pada sesi kedua, rapat dipimpin oleh Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah III.B, Sukamto, yang membahas dukungan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum untuk mendukung PN 3 di Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Dalam sesi ini, dibahas beberapa program prioritas yang menjadi fokus pembangunan di kedua provinsi tersebut. Pada Provinsi Maluku Utara, fokus program kegiatan berada di Pulau Morotai, dengan pembangunan delapan jembatan yang menjadi bagian dari jalan lingkar Pulau Morotai. Meskipun sebagian jalan sudah dapat dilalui, beberapa jembatan masih berupa jembatan kayu dan beberapa segmen memerlukan perbaikan geometri jalan agar aksesibilitas lebih optimal. Sementara itu, di Provinsi Maluku, terdapat beberapa kawasan prioritas. Di Kabupaten Kepulauan Aru, pembangunan jalan Batu Goyang menjadi program utama untuk mendukung aksesibilitas dan pengembangan kawasan 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Di Pulau Kei Besar, pembangunan Jalan Trans Pulau Kei Besar dari Ela Cimangudu hingga Holat juga menjadi perhatian, dengan sebagian pembiayaan berasal dari APBN dan sebagian melalui skema SBSN. Di Pulau Seram, program prioritas meliputi pembangunan Jalan Trans Seram dari Weri Nama menuju Kota Baru dan Air Nanang.
Sesi terakhir pada desk 3 dipimpin oleh oleh Ketua Tim, Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah III.C, Stephanus Raden Kristianto, yang membahas program pembangunan infrastruktur di Provinsi Papua, Papua Tengah, dan Papua Selatan. Dalam sesi ini, dibahas program keterpaduan pembangunan infrastruktur PU pada Provinsi Papua Barat Daya meliputi kawasan sentra produksi berbasis komoditas udang di Kota Sorong, daerah tertinggal Kabupaten Tambraw, destinasi pariwisata prioritas Raja Ampat, serta kawasan transmigrasi Klamono Sagun di Kabupaten Sorong. Dalam pembahasan teknis, beberapa proyek disepakati ditangguhkan atau digeser ke tahun berikutnya karena belum masuk prioritas fisik tahun 2027. Di antaranya pembangunan Jalan Lingkar Sorong Magbon–Saoka, pembangunan jalan ruas Smartbon–Sausavor di Kabupaten Tambraw, serta pembangunan Jalan Utama Poros Kawasan Pusat Pemerintahan Daerah Otonomi Baru (KPP DOB) Papua Barat Daya. Jalan akses menuju Rumah Susun (Rusun) yang akan dihuni Aparatur Sipil Negara (ASN) di KPP DOB akan dibangun oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, ruas jalan poros sedang diajukan sebagai Program Strategis Nasional (PSN) dan masih dalam proses penilaian. Begitu pula pembangunan Jalan Lingkar Raja Ampat (Waisai–Wawii) ditangguhkan sambil menunggu konfirmasi dari pemerintah daerah dan data volume.
Untuk Provinsi Papua Pegunungan dan Papua Tengah, program pembangunan Jalan Trans Papua Merauke–Sorong, khususnya segmen Ilaga–Wamena, disepakati diakomodasi untuk dilanjutkan pada desk kontrak, sementara untuk Provinsi Papua Selatan, pembangunan Jalan KSPP Warna Mouting segmen satu ditangguhkan karena menggunakan sumber pendanaan non-APBN. (SMF/Tiara)





