Dorong Hilirisasi Nasional, Pra-Rakorbangwil 2025 Bahas Kebutuhan Infrastruktur PN 5

Hilirisasi Nasional Menjadi Fokus Pembahasan Pra Rakorbangwil Hari ke-4




Pelaksanaan Pra Rapat Koordinasi Keterpaduan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Pra-Rakorbangwil) Tahun 2025 memasuki hari keempat pada Senin, 17 November 2025. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) kali ini, memusatkan perhatian pada Prioritas Nasional (PN) 5 yang menekankan hilirisasi industri di berbagai wilayah Indonesia.
Sesi pagi diawali dengan pembukaan oleh Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur Wilayah Nasional, Zevi Azzaino yang menegaskan bahwa Pra-Rakorbangwil merupakan tahap strategis untuk mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur sebelum pembahasan difinalisasi dalam forum Rakorbangwil nasional. Ia menjelaskan bahwa BPIW mengemban amanah mendukung delapan Prioritas Nasional, termasuk PN 5 yang menjadi fokus pembahasan hari ini.
“Kebutuhan dukungan infrastruktur untuk PN 5 telah diidentifikasi dan diperkirakan membutuhkan pendanaan APBN sekitar Rp0,97 triliun. Kami harap seluruh peserta dapat memberikan masukan konstruktif sebagai bagian dari proses penyelarasan program menjelang Rakorbangwil yang nantinya akan diselenggarakan 26 November 2025,” jelas Zevi.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi paparan yang dipandu moderator Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah II.B, Erwin Adhi Setyadhi. Sesi pertama pemaparan dimulai oleh Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah I.A, Hasna Widiastuti mewakili Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah I. Dalam penjelasannya, Hasna menyampaikan bahwa wilayah Sumatera dan Kalimantan menitikberatkan kebutuhan PN 5 pada pengembangan hilirisasi industri di Aceh, dukungan infrastruktur yang diperlukan meliputi preservasi jalan, pembangunan Tol Banda Aceh–Lhokseumawe, koridor Sigli–Lhokseumawe, serta penguatan kawasan pendukung seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun.
Paparan kemudian dilanjutkan oleh Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah II, Airlangga Mardjono yang menjelaskan kebutuhan PN 5 pada wilayah Jawa dan Bali. Disebutkan bahwa wilayah tersebut memiliki empat kawasan prioritas yang mencakup kawasan pertumbuhan dan kawasan yang mendukung swasembada pangan, air, dan energi. Beliau juga menambahkan bahwa Jawa Timur juga mengusulkan tiga kawasan tambahan yang membutuhkan penguatan infrastruktur untuk mempercepat pengembangan hilirisasi industri serta memperluas pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah tersebut.
Usai pemaparan dari kedua wilayah tersebut, diskusi berlanjut pada penyampaian situasi dan kebutuhan dari wilayah Indonesia Timur, mencakup Sulawesi, Maluku, dan Papua oleh Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah III, Pranoto. Ia turut menekankan kebutuhan infrastruktur untuk memperkuat ketahanan pangan, mendukung hilirisasi komoditas unggulan, dan meningkatkan konektivitas logistik, terutama di kawasan-kawasan yang aksesnya masih terbatas. Kepulauan Maluku menyoroti kebutuhan penguatan infrastruktur pangan dan kawasan industri, sementara Papua menegaskan pentingnya pembangunan jaringan logistik untuk mendukung hilirisasi dan membuka akses ekonomi baru.
Dalam kesempatan yang sama, narasumber Perwakilan Direktorat Industri Perdagangan dan Peningkatan Investasi, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas), Fajar Hadi Pratama, menekankan pentingnya sinkronisasi antarsektor agar program pembangunan yang dirumuskan tidak saling tumpang tindih. Ia menegaskan bahwa masukan dari Pra-Rakorbangwil sangat membantu dalam memastikan program pemerintah sejalan dengan arah kebijakan nasional. Selanjutnya, Direktur Perwilayahan Industri, Kementerian Perindustrian, Winardi menyampaikan perkembangan regulasi kawasan industri yang menjadi pijakan dalam penyusunan pengembangan kawasan berbasis industri. (Fir/Mut/Tiara)





