Pembukaan 10th World Water Forum, BPIW Kementerian PUPR Dukung Prinsip Inklusivitas Pengelolaan Air

Layanan Informasi BPIW     |     20 May 2024     |     07:05     |     266
Pembukaan 10th World Water Forum, BPIW Kementerian PUPR Dukung Prinsip Inklusivitas Pengelolaan Air
Presiden RI Joko Widodo (dua dari kanan) saat membuka 10th World Water Forum di Bali bersama Presiden World Water Council, Loïc Fauchon (tiga dari kiri) dan juga beberapa menteri, salah satunya Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono (paling kanan)

Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR, Yudha Mediawan, turut menghadiri Opening Ceremony pada 10th World Water Forum di Bali International Covention Center (BICC) Nusa Dua, Bali, Senin, 20 Mei 2024. Forum air terbesar di dunia tersebut dibuka langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) bersama Presiden World Water Council, Loïc Fauchon, didampingi oleh menteri-menteri seperti Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menko Marinves, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Presiden mengatakan forum ini harus menjadi momentum negara-negara di dunia untuk merevitalisasi aksi nyata dan komitmen bersama dengan berbagi pengetahuan, mendorong solusi inovatif, dan mewujudkan manajemen sumber daya air terintegrasi.

“Ini untuk meneguhkan komitmen dan merumuskan aksi nyata terkait pengelolaan air inklusif dan berkelanjutan,” ujar Jokowi.

Presiden juga  menegaskan pentingnya peran air dalam kehidupan manusia. Tata kelola air yang bermasalah, selain dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, juga berpotensi memicu perang dan menjadi sumber bencana. 

Indonesia dikatakan Presiden,  konsisten mendorong tiga hal pada forum ini. Pertama, adalah meningkatkan prinsip solidaritas dan inklusifitas untuk mencapai solusi tantangan bersama terutama bagi negara-negara pulau kecil yang mengalami kelangkaan air. Kedua, memberdayakan hydro-diplomacy untuk kerja sama konkret dan inovatif sesuai kebutuhan negara penerima disamping mencegah persaingan dalam pengelolaan sumber daya air lintas batas berdasarkan hukum internasional. Ketiga, adalah memperkuat political leadership sebagai kunci dalam menyukseskan berbagai bentuk kerja sama menuju ketahanan air yang berkelanjutan.

BPIW mendukung prinsip solidaritas dan inklusifitas dalam pengelolaan air. BPIW menyusun perencanaan berbasis inklusifitas akses air misalnya pada perencanaan kawasan wisata Bromo, Tengger, Semeru; KSPN Lombok; dan Wakatobi. BPIWjuga mengutamakan akses air pada permukiman padat di perkotaan seperti di Belawan Bahari, dan Distrik Kais di Papua. 

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia telah memperkuat infrastruktur air dengan membangun 42 bendungan, 1,18 juta hektar jaringan irigasi, 2.156 km pengendali banjir dan pengamanan pantai, serta merehabilitasi 4,3 juta hektar jaringan irigasi. Indonesia juga telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata sehingga didapuk sebagai PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara. 

Sebagai aksi nyata, Indonesia juga mendorong empat inisiatif konkret dalam kesempatan World Water Forum ke-10 ini. Empat inisiatif tersebut adalah penetapan World Lake Day, pendirian Center of Excellence di Asia Pasifik, tata kelola air berkelanjutan di negara pulau kecil dan penggalangan proyek-proyek air.

Untuk pertama kalinya sejak World Water Forum digelar, persoalan air dunia dibahas di tingkat kepala negara atau High Level Meeting yang dihadiri oleh 48 negara dan organisasi internasional. Hal ini menunjukkan pentingnya posisi air untuk keberlanjutan kehidupan di masa depan. Seperti yang dikatakan Presiden RI bahwa air bukan sekedar produk alam, tapi merupakan produk kolaborasi yang mempersatukan kita sehingga butuh upaya bersama untuk menjaganya.  (Komino/Tiara/Mutri)

 

Bagikan / Cetak:

Berita Terkait: