Generasi muda Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR berpartisipasi aktif mengikuti berbagai forum dalam gelaran 10th World Water Forum. Tiga orang perwakilan Generasi Muda BPIW yaitu Alis Listalatu, Andi Pandu Pratama, dan Indra Maulana mengikuti Cross Cutting Session yang bertajuk “Climate-Water-Energy-Food-Ecology (WEFE) System of Systems” pada Kamis 23 Mei 2024 di ruang Kintamani 2, Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Cross Cutting Session adalah forum yang ditujukan untuk membahas keketerkaitan berbagai aspek dalam suatu topik permasalahan.
Forum ini terbagi menjadi dua panel. Panel pertama menghadirkan tiga pembicara yaitu Dr. Le Van Chinh (Vietnam) membahas tentang kebijakan tarif layanan irigasi di Vietnam; Sandra Winarsa (Indonesia) membahas tentang Pengarusutamaan gender dan inklusi dalam hal energi, air, dan pertanian; dan Ms. Annika Schiemm (Belgia) tentang integrasi pemetaan biofisik dan perspektif pemangku kepentingan untuk mengeksplorasi tantangan keterkaitan WEFE di hulu Sungai Nil Afrika Timur.
Panel kedua menghadirkan empat pembicara yakni Ms. Florence Grace Adongo yang membahas Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu di daerah aliran sungai untuk memastikan kebijakan yang konsisten antarsektor, dan antar perbatasan negara. Kemudian Dr. Vicky Arianty memaparkan tentang pedoman pengalihan sedimen dan studi kasus internasional yang berhasil untuk memastikan keseimbangan keterkaitan air-energi-pangan-sedimentasi. Dr. Mohsin Hafeez memaparkan mengenai Bagaimana keterkaitan WEFE diimplementasikan dalam perencanaan dan manajemen di Pakistan. Terakhir Dr. Arvin Kumar mempresentasikan pengalaman India tentang rekomendasi terkait WEFE.
Generasi muda BPIW mengaku mendapatkan banyak insight ketika menyimak pembahasan cross cutting session ini. Indra Maulana mengatakan bahwa di forum ini banyak pembelajaran yang didapatkan, misalnya perlunya menempatkan kesamaan hak dan kewajiban gender dalam akses terhadap air. Kedua bagaimana memenuhi kebutuhan irigasi yang kompleks karena di suatu wilayah dengan wilayah lain ketersediaan air tidak merata. Bagaimana irigasi bisa terjangkau dan petani bisa meningkatkan hasil pertaniannya.
“Tadi juga ditekankan bahwa climate change telah memberikan pengaruh terhadap ketersediaan air, makanan, dan energi. Hal penting lainnya adalah perlunya memperhatikan salah satu unsur utama produksi makanan yaitu tanah karena kualitas tanah sangat mempengaruhi produksi makanan” terang Indra.
Indra juga berharap cara mengintegrasikan berbagai permasalahan tadi dapat diterapkan di Indonesia. BPIW banyak terlibat dalam kajian dan permasalahan terkait isu-isu global, misalnya perubahan iklim, akses air bersih, akses pemenuhan kebutuhan hidup mendasar (energi dan makanan).
“Saat ini sebenarnya sudah diterapkan di BPIW, misalnya dalam penyusunan RPIW yang mempertimbangkan isu global seperti perubahan iklim dan perkotaan. Sangat erat kaitannya yang dibahas dalam session ini, karena dalam pekerjaan sehari-hari BPIW memang harus konsisten mencermati permasalahan global terutama di negara-negara berkembang temasuk indonesia yang sedang berjuang menyelamatkan bumi dari perubahan iklim, sulitnya akses terhadap air bersih, makanan, dan energi,” jelas Indra.
Menurutnya Ini menjadi session yang sangat penting dan penuh insight karena BPIW adalah Unit Organisasi yang diberi tugas mengangkat permasalahan global kemudian mencarikan solusi melalui pendekatan perencanaan kewilayahan. (Mutri)