Data dan informasi geologi sangat diperlukan untuk perencanaan pembangunan infrastruktur terutama sektor PUPR seperti Informasi tanah dan batuan untuk merencanakan penempatan bangunan ringan dan berat, keberadaan sesar atau sejarah kegempaan dan struktur bawah permukaan, dan kondisi hidrologi diperlukan dalam rangka menghindari banjir.
Oleh karena itu menurut Kepala BPIW Kementerian PUPR Hadi Sucahyono instansinya akan terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Badan Geologi Kementerian Sumber Daya Mineral (ESDM).
Saat berbicara sebagai panelis pada diskusi melalui video cenference bertajuk “Berdampingan dengan Amblesan Tanah di Pantura Jawa Tengah: Geologi sebagai Acuan Mitigasi dan Adaptasi Dalam Penataan Ruang, 1 Desember 2020.
Hadi mencontohkan pembangunan infrastruktur Pesisir Utara Semarang mendapat dukungan data geologi yakni data mengenai Geologi Teknik, Geologi Lingkungan, Kebencanaan Geologi, dan Sumber Air Tanah.
Dengan dukungan data tersebut, maka program pembangunan infrastruktur Pesisir Utara Semarang yang akan direalisasi yakni Pembangunan Harbour Toll Road (Outer Ring Road Kendal-Semarang), Tanggul Laut Kendal – Semarang, Penataan Kawasan Tambak Lorok, Pembangunan Kolam Retensi Kabupaten Demak, dan Pembangunan Rumah Susun (Rusun Pekerja).
“Perlu ada intensitas penelitian yang lebih mendalam di kawasan pesisir dengan semakin banyaknya upaya penataan dan pembangunan infrastruktur di kawasan pesisir Jawa,” ucap Hadi. Pada kesempatan itu ia mengusulkan adanya tim bersama lintas Kementerian/Lembaga (K/L) dalam survei terkait air tanah, geologi lingkungan dan lain-lain terutama di kawasan-kawasan yang sangat strategis.
Disamping itu menurutnya keterlibatan stakeholder lain termasuk dunia usaha, masyarakat, dan akademisi perlu terus didorong untuk mitigasi terhadap kebencanaan maupun perencanaan pembangunan di kawasan pesisir. Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang merupakan Peneliti Ahli Kementerian ESDM terkait Kegempaan dan Patahan Aktif, Supartoyo. Dikatakannya bahwa tektonik seperti kegempaan dan patahan aktif berpengaruh pada amblesan tanah. Kondisi yang sama juga terjadi di negara lain seperti di Mexico. Menurutnya volume air yang banyak menyebabkan amblesan.
Pakar Tanah dan Tata Lingkungan Kementerian ESDM, Budi Joko Purnomo turut memberikan paparan dalam kegiatan itu. Menurutnya pengembangan industri di Kawasan Pantura Jawa Tengah menggunakan air tanah sebagai salah satu sumber air baku. Penggunaan air tanah itu kata dia harus disesuaikan dengan potensi air tanahnya. “Neraca air tanah untuk setiap cekunan air tanah harus dihitung secara detail, sesuai dengan urutan prioritasi penggunaan air tanah, “ungkapnya.
Sedangkan Peneliti Ahli Geologi Teknik Kementerian ESDM, Taufik Wira Buana menerangkan mengenai Kontribusi Tanah Lempung Terhadap Penurunan Tanah di Pantura Jawa Tengah. Menurut dia penurunan tanah di daerah itu, dikarenakan proses konsolidasi alamiah yang merupakan fenomena geologi yang secara natural terjadi pada tanah lempung menuju kestabilannya dalam skala umur geologi.
Peneliti Ahli Geologi Lingkungan yang juga dari Kementerian ESDM, Rustam, mengatakan amblesan tanah di daerah Pantura dari Pekalongan hingga Demak terjadi pada sebaran tanah lunak. Menurutnya pengambilan air tanah yang dilakukan industri di beberapa lokasi telah menyebabkan penurunan muka air tanah, namun penurunannya belum menyebabkan terjadinya amblesan tanah. Menurut Rustam, perlu monitoring berkelanjutan terhadap laju penurunan tanah, banjir rob, laju perubahan garis pantai, dan abrasi. (Hen/infobpiw)