BPIW Kementerian PUPR melalui Pusat Pengembangan Infrastruktur PUPR Wilayah I melakukan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah (RPIW) Koridor Pertumbuhan dan Pemerataan Sumatera Bagian Utara (Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat).
Saat membuka kegiatan tersebut pada Selasa, 12 Juli 2022 di Bintaro Tangerang Selatan, Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PUPR Wilayah I Hari Suko Setiono menjelaskan FGD ini merupakan salah satu dari serangkaian (series) diskusi dalam penyusunan RPIW terkait pengembangan kawasan dan dukungan infrastruktur di Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Adapun tujuan dari kegiatan ini menurutnya adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep konektivitas dalam pengembangan wilayah dan penajaman penyusunan konsep interaksi antar-kawasan dalam rangka mewujudkan koridor pertumbuhan dan pemerataan di Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Tujuan lainnya adalah melakukan penajaman isu strategis pengembangan kawasan dan Infrastruktur dan memberikan masukan dalam penyusunan RPIW di dua provinsi tersebut.
“Untuk menyusun RPIW kita harus menggali potensi yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat yang perlu dikembangkan untuk lima tahun ke depan. Kemudian kita juga harus mengetahui tantangannya apa saja dan dari situ baru ada isu-isu yang kita bisa susun,” tuturnya.
Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah I.A. BPIW, Melva Eryani Marpaung yang menjadi moderator acara tersebut menambahkan penyusunan RPIW harus juga memperhatikan mitigasi bencana, mengingat Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat tak luput dari bencana. Selain itu juga pulau terluar seperti Kabupaten Mentawai di Sumatera Barat perlu juga menjadi perhatian BPIW dalam menyusun RIPW tersebut.
Dalam FGD ini menghadirkan narasumber dari Akademisi Universitas Diponegoro, Okto Risdianto Manullang. Ia memaparkan mengenai Konsep Penguatan Konektivitas dan Sistem Logistik dalam Pengembangan Wilayah. Menurutnya konsep optimalisasi konektivitas dimulai dari produksi yang dihasilkan dari Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dari produksi yang dihasilkan, kemudian ditentukan target pasar dan selanjutnya diperlukan sistem logistik yang baik dan penguatan konektivitas untuk menyalurkan produk yang dihasilkan tersebut.
Okto menilai di beberapa tempat, pembangunan infrastruktur yang dilakukan telah menimbulkan berbagai permasalahan konektivitas yang mengakibatkan kurang optimumnya utilisasi infrastruktur yang telah dibangun. Dicontohkannya Pelabuhan Kuala Tanjung utilisasinya belum optimal, karena sulitnya akses ke Kuala Tanjung dan belum optimalnya operasional KI Medan dan KEK Sei Mangke. Sedangkan KI Medan dan KEK Sei Mangke belum beroperasi secara optimal, karena terbatasnya pasokan listrik dan mahalnya harga gas.
Sedangkan Provinsi Sumatera Barat, menurutnya memiliki sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan seperti sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Untuk pergerakan roda transportasi, Provinsi Sumatera Barat sangat potensial untuk transit maupun melintas, karena dikelilingi oleh beberapa provinsi yang ada di sekitarnya.
Ia juga mengatakan objek wisata alam juga yang potensial untuk dikembangkan di provinsi ini diantaranya Ngarai Sianok di Bukittinggi, Danau Maninjau, Danau Diatas, Air Terjun Lembah Anai, Taman Nasional Kerinci serta berbagai lokasi wisata lainnya.
Dalam menyusun RPIW Sumatera Bagian Utara Okto berharap BPIW benar-benar memperhatikan kondisi daerah, baik potensi maupun tantangan dan strategi yang akan dilakukan untuk lima tahun ke depan.
Kegiatan yang dihadiri juga tim penyusun RPIW ini juga diisi paparan secara online baik dari Bappeda maupun Dinas Pariwisata dari Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Paparan terkait kondisi daerah, potensi yang dimiliki, dan tantangan terkait pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah di dua daerah tersebut. (Hen/infobpiw)