Konsep penyusunan rencana pengembangan infrastruktur di Kawasan Metropolitan Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan Purwodadi) dibahas bersama para pakar pengembangan wilayah dan perkotaan pada Kamis, 13 Agustus lalu.
Saat memimpin rapat itu Kepala BPIW Hadi Sucahyono menyatakan dari pertemuan itu diharapkan masukan-masukan terutama dari para pakar untuk penyempurnaan konsep tersebut. Kedungsepur merupakan bagian dari 10 metropolitan di tanah air yang akan disusun rencana pengembangannya oleh BPIW
“Kita akan tampilkan potensi Kedungsepur dilihat dari berbagai kawasan strategis yang berpotensi dapat membangkitkan perekonomian wilayah sekitarnya seperti Kawasan Industri Kendal, klaster industri di Ungaran, Sayung, Kawasan Masjid Agung Demak, Kota Lama Semarang, dan Rawa Pening.” ujar Hadi. Diharapkan ketika kawasan strategis tersebut didorong pengembangannya melalui pembangunan infrastruktur maka akan menggerakkan perekonomian masyarakat secara cepat sehingga dapat membantu memulihkan perekonomian wilayah akibat adanya pandemi Covid 19.
Untuk mendorong pengembangan tersebut, berbagai kawasan strategis ‘diposisikan’ dalam satu kesatuan sistem perkotaan yang meliputi kota inti, kota hierarki I dan kota hierarki II di kawasan perkotaan Kedungsepur. Selain itu, dalam rapat juga membahas mengenai keterkaitan Kedungsepur dengan berbagai kawasan strategis di sekitarnya seperti Borobudur, Yogyakarta, Surakarta, dan rencana pengembangan Kawasan Industri di Batang dan Brebes. “Dalam merumuskan draft pengembangan infrastruktur Kedungsepur juga tidak terlepas dari analisis pengembangan inftastruktur dalam konstelasi regional dengan kawasan strategis di sekitarnya”, tutur Hadi.
Pakar pengembangan wilayah yang juga mantan Kepala BPIW, Hermanto Dardak menyatakan, metropolitan tersebut dapat menjadi megapolitan dengan adanya Brebes, Batang, dan Yogyakarta. Ia berharap megapolitan tersebut dapat berkembang lebih baik dengan difasilitasinya jalan tol menjadi “tulang punggung” yang menghubungkan antar kawasan tersebut.
Sedangkan dalam konsep pengembangan Kedungsepur sendiri menurut Dardak, struktur kota yang dibangun yakni kota inti, satelit, dan sub satelit. Menurutnya, Kota Semarang dapat menjadi kota inti dan kota-kota lain diantaranya Kendal, Ungaran, Purwodadi, Salatiga, Sayung dapat dipiih menjadi kota satelit dan sub satelit.
“Yang paling penting adalah kota satelit dan sub satelit satu sama lain terhubung terutama dengan kota inti,” tuturnya. Dengan peningkatan jalan di kota-kota tersebut, maka dapat mendorong biaya logistik yang ringan dan dapat menguntungkan perekonomian bagi masyarakat.
Pakar dari ITB Sugiyantoro menambahkan Kota Semarang sebagai kota inti dapat menjadi mesin ekonomi nasional. Sedangkan peran kota satelit menurut Sugiyantoro dapat menjadi kota yang memiliki kekhasan misalnya sebagai kota pendidikan, karena banyak bangunan sekolah yang berkualitas dan kota yang memiliki areal persawahan.
Dalam kesempatan itu, pakar lainya, Wicaksono Sarosa menilai bila pemerintah ingin mengembangkan Kabupaten Batang, pasti punya hubungan yang besar dengan Metropolitan Kedungsepur. Sedangkan Kota Kendal menurut Wicaksono punya kesempatan untuk berkembang baik, karena punya jaringan yang baik dengan Singapura.
Praktisi pengembangan wilayah Andi Siswanto menyatakan konsep pengembangan Kedungsepur yang sedang dilakukan BPIW mendukung perlunya analisis yang responsif terhadap kondisi Pandemi Covid-19, misalnya terkait penciptaan lapangan kerja. Lebih lanjut Ia mengatakan pembangunan infrastruktur untuk membantu memulihkan ekonomi masyarakat akibat Covid-19 diorientasikan pada kawasan dengan kepadatan tinggi. Kegiatan ini diikuti beberapa jajaran pimpinan BPIW seperti Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PUPR Wilayah I Tris Raditian dan beberapa staf lainnya. (Hen/infobpiw)