Kota-Kota di Indonesia Tahun 2030 Inklusif dan Berkelanjutan

Layanan Informasi BPIW     |     01 Aug 2020     |     01:08     |     3175
Kota-Kota di Indonesia Tahun 2030 Inklusif dan Berkelanjutan

Pada 2030 mendatang, “wajah” kota-kota di Indonesia akan memperhatikan beberapa aspek seperti keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Selain itu, menurut Kepala BPIW Kementerian PUPR Hadi Sucahyono, kota-kota di Indonesia memperhatikan ketahanan terhadap bencana, kota cerdas, dan modern (sesuai dengan standar internasional).

 “Kota-kota di Indonesia harus bersifat inklusif dan  berkelanjutan. Selain itu, memiliki layanan dasar dan perumahan yang aman dan terjangkau, serta mempromosikan pembangunan ekonomi lokal,” ujar Hadi dalam Webinar yang digelar Ikatan Ahli Perencanaan (IAP yang bertajuk What Indonesian Cities Look Like In 2030?, Rabu, 29 Juli 2020.

Tidak hanya itu, pada  2030 “wajah” kota-kota di Indonesia tanpa limbah, karbon rendah, dan tersedia ruang hijau publik. Kemudian sistem transportasi menjangkau untuk semua dan juga menjamin keselamatan jalan.

Untuk menuju ke sana, Indonesia perlu mempercepat pembangunan infrastruktur terutama di perkotaan dimana lebih dari 50% masyarakat tinggal saat ini. BPIW telah melakukan perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur terpadu untuk beberapa kawasan perkotaan, seperti metropolitan, kota baru, kota perbatasan, kota yang tangguh terhadap bencana. Hal itu dilakukan untuk mempercepat pembangunan.

Lebih lanjut disampaikan Hadi, pengembangan perkotaan dan wilayah sebagai pusat pertumbuhan menjadi fokus dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur berbasis pada 35 Wilayah Pengembangan Strategis  (WPS).

Ia juga menjelaskan mengenai Visi Jangka Panjang Kementerian PUPR (Visium) hingga 2030.  Untuk sektor Sumber Daya Air diproyeksikan membangun kapasitas air baku mencapai 120 m3/kapita/tahun. Sektor Bina Marga diproyeksikan dapat mencapai Kondisi Jalan Mantap 99 persen, Konstruksi Jalan Tol mencapai 2.000 Km, 3.000 Km Jalan Nasional Baru, dan Pembangunan Jembatan Baru mencapai 70.000 meter.

Sedangkan sektor Cipta Karya ditargetkan mencapai 100 persen untuk akses air minum, kota yang bebas kumuh, dan 100 persen untuk akses terhadap sanitasi yang layak. Untuk sektor Perumahan diantaranya diharapkan dapat memenuhi 3 Juta backlog rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Kegiatan yang dimoderatori Ketua Umum IAP Andi Simarmata ini menghadirkan Wali Kota Bogor Bima Arya yang menjelaskan Bogor sebagai green city (kota hijau), smart city, dan heritage city. Narasumber lainnya adalah Komite Ilmiah ISOCARP /Tractebel  ENGIE Charles Edouard Delpierre dan Head Of Urban Asia Pacific at Tractebel ENGIE Etienne Drouet. Kegiatan ini dihadiri lebih dari seratus peserta dari berbagai negara. (Hen/infobpiw)

Bagikan / Cetak:

Berita Terkait: