Kepala BPIW: Masukan Para Ahli Geologi Sangat Diperlukan Dalam Rekonstruksi Palu dan Sekitarnya

Layanan Informasi BPIW     |     05 Nov 2018     |     08:11     |     1299
Kepala BPIW: Masukan Para Ahli Geologi Sangat Diperlukan Dalam Rekonstruksi Palu dan Sekitarnya

Bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang terjadi di Palu dan sekitarnya merupakan kejadian luar biasa yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Oleh karenanya Pemerintah menyiapkan masterplan dan site plan relokasi penduduk yang terdampak bencana.

 

Dalam menentukan tempat hunian baru, maka diperlukan kajian geologi yang komprehensif agar lokasi tersebut aman dan nyaman untuk ditinggali. Oleh karenanya, BPIW akan bekerja sama dengan para geologist atau ahli geologi untuk menentukan arahan pengembangan infrastruktur di daerah terdampak bencana dengan berdasarkan hasil analisa geologi.

 

Masukan dari para ahli geologi, baik praktisi maupun akademisi, sangat diperlukan untuk kembali membangun Palu dan sekitarnya. Kita harus memastikan titik-titik lokasi yang dibangun infrastruktur dan kawasan permukiman baru memiliki potensi serendah-rendahnya terhadap bencana alam, sehingga kehidupan di Palu dan sekitarnya dapat lebih baik,” ujar Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Hadi Sucahyono saat berbicara di sela-sela Special Discussion Gempa Palu pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Pekanbaru (1/11).

 

Penanggulangan bencana alam di Palu dan sekitarnya memiliki beberapa tahapan seperti tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Perencanaan dan pembangunan termasuk didalam tahapan rekonstruksi ini. Dalam tahap rekonstruksi ini BPIW ditugaskan Menteri PUPR untuk membuat site plan atau rencana tapak. Selain itu, bersama kementerian/lembaga lain, BPIW ikut membuat masterplan atau rencana induk relokasi penduduk yang terkena bencana alam.

 

Pembenahan infrastruktur juga menjadi fokus utama dari Kementerian PUPR dalam merehabilitasi dampak dari bencana. Masukan dari berbagai pihak diperlukan dalam menentukan lokasi infrastruktur yang akan dibangun kembali” tutur Hadi. Realisasi dari perencanaan infrastruktur sektor PUPR itu dilaksanakan Ditjen Bina Marga, Cipta Marga, dan Sumber Daya Air (SDA).

 

Beberapa pembicara juga dihadirkan pada kegiatan ini seperti Udrekh, Peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dari peristiwa yang terjadi di Palu, menurut Udrekh baik subsiden horizon maupun longsoran berperan dalam menimbulkan tsunami.  

Sementara itu Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono menjelaskan, dari pengamatan BMKG ditemukan tinggi tsunami  sebesar 11,3 meter di Desa Tundu. Pergerakan tsunami ini menurutnya sampai dengan sejauh 468 meter yaitu di Hotel Mercure. “Awalnya kita bingung, mengapa sesar mendatar bisa menimbulkan tsunami. Kita baru menyadari sehari setelah bencana alam itu bahwa hal ini bukan karena gempa tapi karena terjadinya longsor. Jadi di hari pertama kita belum menyimpulkan ke arah sana,” ungkapnya.

 

Sedangkan terkait likuifaksi menurut Rahmat tanah bergerak tersebut diakibatkan adanya gempa besar dari rangkaian gempa yang mencapai total durasi 25 menit. “Tentunya itu yang memporakporandakan Palu, dan bisa jadi ini yang menyebabkan likufaksi,” tutur Rahmat.

 

Pembicara dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dani Hilman menyatakan bahwa gempa Palu telah menggerakan dua segmen yaitu Segmen Palu dan Segmen Saluki yang meloncati releasing step over  selebar 6 km. Di zona releasing step over antara kedua segmen ini deformasi cukup kompleks dengan didominasi oleh zona pensesaran normal.

Lokasi terjadinya likuefaksi mempunyai hubungan spasial yang ereat dengan jalur fault ruptures khususnya di jalur extensional/rifting yang berkaitan dengan mekanisme pull apart basin. “Namun yang menarik, rumah-rumah yang tidak jauh dari jalur sesar tetap bertahan,” ucapnya.  Kegiatan diskusi khusus dengan moderator M.Burhannudinnur yang merupakan Wakil Ketua Umum IAGI  ini mengundang perhatian dari para ahli geologi yang sejak beberapa hari sebelumnya telah berkumpul di Pekanbaru dalam rangka Pertemuan Ilmiah Tahunan IAGI. (Indra/Hen/infobppiw)

Bagikan / Cetak:

Berita Terkait: