Infrastruktur Hijau untuk Kota-Kota Masa Depan

Layanan Informasi BPIW     |     23 Oct 2020     |     04:10     |     6415
Infrastruktur Hijau untuk Kota-Kota Masa Depan

Populasi penduduk di perkotaan terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Bappenas, pada tahun 2020 jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan mencapai 56,4 persen. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 72,8 persen pada 2045. Namun, urbanisasi akan memberikan manfaat bagi perekonomian nasional, jika diikuti dengan pengelolaan perkotaan yang efisien dan efektif. Demikian disampaikan Kepala BPIW Hadi Sucahyono yang mewakili Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, saat menjadi keynote speaker Konferensi Internasional Virtual ke-5 Studi Antar Agama dan Antarbudaya (ICIIS) yang bertema “Pembangunan Infrastruktur Hijau dan Berkelanjutan Untuk Kota Masa Depan”, Jumat, 2 Oktober 2020. 

Urbanisasi yang berimplikasi pada peningkatan jumlah penduduk perkotaan menimbulkan beberapa permasalahan seperti hunian padat, kawasan kumuh, penyediaan air minum, dan kemacetan. Hadi menyatakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, perlu pendekatan pembangunan yang berkelanjutan, smart, dan inovatif. “Pembangunan perkotaan di masa datang, tidak hanya menyediakan infrastruktur, tapi juga pembangunan yang berkelanjutan. Ke depan, Indonesia akan meningkatkan pembangunan infrastruktur dan pembangunan perkotaan,” tutur Hadi. 

Ia juga menjelaskan pada salah satu target Sustainable Development Goal ke- 11 (Sustainable and Cities and Communities) adalah akses untuk mendapatkan perumahan yang layak, aman, dan terjangkau serta layanan dasar untuk semua pada tahun 2030 dan perbaikan permukiman kumuh. Sejalan dengan hal itu menurutnya Kementerian PUPR membangun perumahan yang yang inklusif, terjangkau, dan layak. 

Kementerian PUPR telah berupaya menerapkan konsep green infrastructure antara lain melalui pembangunan green road Jalan Tol Pandaan – Malang. Jalan tol sepanjang 38,48 Km   ini, telah mendapatkan Sertifikat Jalan Tol Hijau Indonesia dengan level Gold Plus oleh Green Infrastructure and Facilities Indonesia. Di Bali sendiri, dilakukan pembangunan green road Jalan Tol Bali-Mandara, dengan konsep jalan tol hijau, kuat, dan cantik sepanjang 12,7 Km. Jalan Tol tersebut  mendapatkan penghargaan Green Road Bintang 4. 

Selain itu, Kementerian PUPR juga telah melakukan Restorasi Sungai di Teras Cikapundung. Kawasan tersebut sebagai salah satu ruang hijau dan publik dan mendapatkan apresiasi paling “instagrammable” di Bandung. Restorasi itu dikembangkan dan dikelola dengan melibatkan masyarakat lokal. Teras Cikapundung ini juga menjadi wisata alam alternatif bagi masyarakat. 

Tidak hanya itu, menurut Hadi Kementerian PUPR juga mengelola sampah menjadi energi listrik di TPA/PLTSa Sarbagita Suwung. Di kawasan tersebut dilakukan pengelolaan sampah terpadu dan  efisien yang dapat menghasilkan listrik 15-20 MW. 

Dalam membangun infrastruktur,  Kementerian PUPR tak melupakan perhatian terhadap makhluk hidup lainnya, dimana dilakukan harmonisasi Infrastruktur dengan alam melalui pembangunan elephant tunnels di Jalan Tol Pekanbaru-Dumai. Beberapa ruas jalan tol itu menjadi jalur persilangan gajah Sumatera.

Penerapan green technology dilakukan dengan mengaplikasikan campuran aspal yakni Aspal Buton (Asbuton), dimana mengganti aspal minyak menjadi sumber daya alam. Selain itu, Kementerian PUPR berhasil membuat teknologi campuran aspal dengan plastik yang dapat meningkatkan stabilitas, ketahanan terhadap deformasi, dan menghindari keretakan pada aspal. Dengan penggunaan aspal plastik, maka dapat meningkatkan konsumsi penggunaan karet alam dalam negeri. Aspal mix ini telah diimplementasikan di jalan Prabumulih-Muara Enim dan Preservasi Jalan Ajibarang-Banjarnegara yang menggunakan aspal karet.   

Di Pulau Bali, Kementerian PUPR juga membangun Integrated Rest Area, tepatnya di Rambut Siwi, Jembrana. Selain merupakan tempat beristrahat dari perjalanan jauh, tempat ini juga menjadi wadah ditampilkannya budaya lokal. Selain itu juga dibangun tempat untuk menampilkan produk-produk kerajinan masyarakat dan komersial. Dengan adanya keterlibatan penduduk lokal dan nilai-nilai kearifan lokal di kawasan ini diharapkan dapat mewujudkan komunitas cerdas.

Di akhir sambutannya, Hadi menyatakan dalam pengembangan infrastruktur hijau dan berkelanjutan dibutuhkan kolaborasi dan dukungan semua pemangku kepentingan, termasuk dengan pihak universitas. Disamping itu, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, penting untuk menerapkan hasil penelitian dan pengembangan di bidang teknologi infrastruktur. Dikatakannya juga bawa kota-kota masa depan tidak mengedepankan pengembangan teknologi, tetapi juga mengangkat nilai-nilai kearifan lokal. 

Kegiatan ini mengundang sejumlah narasumber seperti Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Andre Van Eymeren dari Pusat Pembangunan Komunitas yang Lebih Baik dan Dewan Antar Agama Urbanisme, Melbourne Australia, dan dari Fakultas Teknik Universitas Udaya  N.K Achwin Dwijendra. 

Narasumber lainnya dalam acara ini adalah Purnamawati dari Kagoshima University, Jepang, Sachi Ando dari Sekolah Pascasarjana Universitas Kyoto, Iwan Muka dari Fakultas Teknik Universitas Hindu Indonesia, dan Grace Roberts Dyrness dari Hub for Urban Initiative Institute for Translational Research and Development. (Hendra/infobpiw)

 

Bagikan / Cetak:

Berita Terkait: