Kementerian PUPR tidak hanya membangun infrastruktur, tapi juga membangun Sumber Daya Manusia (SDM) di tanah air. Pembangunan SDM merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan visi misi Presiden Joko Widodo.
Guna meningkatkan kualitas SDM, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bersama para ahli telah membuat Program Master Super Spesialis di empat perguruan tinggi negeri (PTN) yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Diponegoro (Undip).
Saat ini ada 160 orang dari tujuh unit organisasi Kementerian PUPR dan lima Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mendapatkan beasiswa belajar di empat perguruan tinggi tersebut. Dari ratusan orang yang mendapat beasiswa itu, ada dua orang Aparatur Sipil Negara (ASN) dari BPIW yakni Brilyan Jati Wijaya dan Hanif Khoirul Latif. Keduanya dari Pusat Pengembangan Infrastruktur Wilayah III dan menjadi mahasiswa S2 di Program Studi (Prodi) Geologi Struktur Bawah Tanah (Terowongan) di UGM.
Menteri Basuki berharap para pegawai yang mengikuti program beasiswa tersebut dapat menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, agar ilmu yang diperoleh dapat diterapkan di Kementerian PUPR. “Dengan adanya Program Master Super Spesialis ini, saya berharap Kementerian PUPR semakin kuat,” kata Menteri Basuki saat menghadiri Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pendidikan Kementerian PUPR dan Pembekalan Karyasiswa Magister Super Prioritas Tahun Anggaran 2020 di Auditorium Kementerian PUPR, Selasa, 25 Agustus lalu. Kegiatan ini diselenggarakan Badan Peningkatan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian PUPR.
Sehubungan dengan hal itu Kepala BPIW Hadi Sucahyono mengatakan penyediaan SDM untuk memenuhi kebutuhan tenaga terampil dan memiliki pengetahuan yang mumpuni untuk membangun infrastruktur sektor PUPR.
Perguruan tinggi yang menerapkan Program Master Super Spesialis ini lebih banyak memberikan praktek ke lapangan dibandingkan belajar di kampus. Dengan demikian, ilmu yang didapat langsung diterapkan. “Mereka akan turun langsung ke proyek infrastuktur PUPR seperti jalan, jembatan, dan penyedian air minum. Jadi ilmu yang mereka pelajari langsung diimplementasikan,” tutur Hadi.
Terkait dua orang pegawai BPIW yang mengikuti program tersebut menurut Hadi, ilmu yang mereka yang akan mereka dalami yakni Geologi Struktur Bawah Tanah, merupakan gagasan Menteri PUPR yang mana pembangunan infrastruktur jalan tidak memangkas perbukitan tapi akan dibuatkan terowongan.
Hal ini untuk tetap menjaga kondisi perbukitan tetap asri dan tetap menjaga estetika lingkungan. “Mereka yang mengikuti pendidikan S2 ini, termasuk dari BPIW yakni Brilyan Jati Wijaya dan Hanif Khoirul Latif, setelah menyelesaikan pendidikannya, tidak kembali ke unit organisasi masing-masing, tetapi disesuaikan kepada kebutuhan Kementerian PUPR,” ucap Hadi.
Program Master Super Spesialis ini terdiri dari 11 prodi yakni Teknik Mitigasi Bencana Alam Likuifaksi, Teknik Pengelolaan dan Mitigasi Bencana Rawa, Geologi Struktur Bawah Tanah (Terowongan) dan Rekayasa Eksplorasi dan Eksploitasi Air Tanah Dalam di UGM. Selanjutnya Prodi Rekayasa Jembatan Khusus (Struktur Bangunan Atas dan Bangunan Bawah), Rekayasa dan Pengendalian Morfologi Sungai dan Hidrologi dan Drainase pada Sistem Transportasi Jalan di ITB.
Prodi Operasi dan Instrumentasi Hidrometeorologi Bendungan dan Retrofitting dan Instrumentasi Keamanan Bendungan di Undip. Dan terakhir, Preservasi Jalan Pada Kondisi Geoteknik Tanah Sulit dan Rekayasa Pengelolaan dan Pengendalian Kehilangan Air Minum di ITS.
Sedangkan 160 orang yang mendapatkan tugas belajar ini dari tujuh unit organisasi Kementerian PUPR yakni Inspektorat Jenderal, Ditjen Sumber Daya Air, Ditjen Bina Marga, Ditjen Cipta Karya, BPIW, Ditjen Perumahan, dan Ditjen Bina Konstruksi. Kemudian dari BUMN yakni PT Adi Karya, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Nindya Karya, dan PT Brantas Abdi Karya. (Hen/infobpiw)