BPIW Jaring Masukan Melalui Workshop ICP Conceptual Design
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) selenggarakan Workshop Integrated City Planning
Conceptual Design (ICP-CD) pada Rabu 15 Mei 2025 di Jakarta. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka
penjaringan masukan terhadap kegiatan ICP-CD dari sudut pandang pemerintah daerah, swasta, dan
perancangan.
Dalam sambutannya, Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur Wilayah Nasional BPIW, Zevi Azzaino,
mengatakan bahwa tantangan pembangunan saat ini bukan hanya memenuhi SPM tapi juga menyediakan
infrastruktur dasar, meningkatkan daya saing dan merespon tantangan pembangunan berkelanjutan dalam
agenda global.
Integrated City Planning (ICP) merupakan salah satu instrumen pelaksanaan National Urban Development
Project (NUDP), yang mencakup perencanaan, desain konseptual, perancangan dan pembangunan kawasan
permukiman perkotaan secara terpadu. Sementara NUDP adalah platform mewujudkan transformasi
pembangunan perkotaan masa depan yang lebih baik. Saat ini, ICP dilakukan di 10 kota terpilih di
Indonesia yang menjadi pilot project, yaitu: Bukittinggi, Belitung, Purwokerto, Mempawah (Kijing),
Samarinda, Gorontalo, Morowali, Weda, Konawe, dan Sorong. Zevi menyampaikan bahwa pada 2025 disusun
conceptual dan basic design, dan kemudian di 2026 akan membuat desain yang lebih detail dan
pembangunannya dengan berbagai sumber dana.
Zevi juga mengatakan tentang pentingnya kontribusi pemerintah daerah dalam program ini. “Kesuksesan
program ini tidak lepas dari kontribusi pemerintah daerah. Karena mereka yang menjalankan
operasional dan pemeliharaannya,” ujarnya.
Workshop ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Ibu Imelda (Ketua tim Inisatif Jakarta Asset
Management Center), Bapak Jacob Gatot Surarjo (Co-Founder M-Bloc Space), dan Bapak Ferdiansyah
Rustam (Dirut PT. Integrasi Transit Jakarta).
Pembicara pertama, Imelda, berbicara mengenai optimalisasi aset daerah di Jakarta. JAMC bertugas
mengelola dan mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD) guna meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) melalui berbagai program, seperti pemanfaatan aset tidak terpakai, kerja sama
pemanfaatan lahan, penyewaan properti, serta pelelangan titik reklame strategis. JAMC melakukan
pendekatan profesional berbasis data dalam mendukung transformasi Jakarta menuju kota global yang
mandiri secara fiskal.
Pembicara kedua, Jacob Gatot Surarjo, berbagi mengenai place making dan adaptive reuse. Ia
menyampaikan mengenai kawasan Buttersea London yang ditinggalkan, kemudian dengan konsep place
making dan adaptive reuse, kawasan ini menjadi berguna kembali. Shongshan Cultural & Creative Park
di Taipei juga mengadaptasi konsep ini dengan membuat berbagai tempat publik termasuk perpustakaan
yang dapat digunakan masyarakat hingga malam hari. Pengembangan M-Bloc Space juga berangkat dari
keinginan untuk memanfaatkan aset, melakukan intervensi kepada bangunan, dan membuat program untuk
aktivasi suatu kawasan. Jacob menekankan pentingnya pelibatan komunitas dalam menciptakan
pusat-pusat kegiatan baru.
Pembicara ketiga, Ferdiansyah Rustam, menyampaikan bahwa bahwa isu terbesar di kota besar saat ini
didesain untuk menampung density kendaraan, namun tidak didesain untuk menampung activity, sementara
konsep para pengembang saat ini lebih mengutamakan menciptakan traffic di kota besar seperti
pembangunan restoran, pertokoan, dan sebagainya.
Forum ini turut dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan
Pembangunan Kewilayahan, Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, perwakilan dari Unit Organisasi
Kementerian PU, dan tim dari Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah. (MBA/Tiara).