BPIW Bahas ICP Sumatera dan Kalimantan: Membangun Kota Yang Bertransformasi

Benny Hermawan, saat sedang membuka kegiatan pembahasan ICP di Sumatera dan Kalimantan



Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) kembali lakukan pembahasan Penyusunan Task 1 Kegiatan Integrated City Planning (ICP) in Sumatera and Kalimantan pada Jumat, 12 September 2025 di Jakarta, bersama Tim Konsultan ICP Sumatera dan Kalimantan. Kegiatan ini dilakukan guna membahas Deliverable City Profile Report serta Draft Task Report yang telah disampaikan sebelumnya agar disesuaikan dengan arahan Kepala BPIW.
Saat membuka acara, Benny Hermawan selaku Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah I, menyampaikan bahwa fokus pembahasan kali ini adalah bagaimana tahapan transformasi kota dapat diwujudkan berbasis daya dukung utamanya, khususnya Kota Bukittinggi, Belitung Area, Mempawah Area, dan Kota Samarinda, dengan memperhatikan konstelasi dengan kota-kota sekitarnya untuk mendukung kebutuhan kota di masa depan.
Benny juga menekankan bahwa ICP akan menjadi arahan pembangunan secara teknis untuk unit organisasi Kementerian PU. “ICP merupakan arahan yang sifatnya lintas kewenangan serta menjadi intervensi jangka pendek maupun jangka panjang,” ucap Benny.
Sebagai tambahan informasi, Kepala BPIW, Bob Arthur Lombogia, telah menyusun kerangka rumah “Kota yang Bertransformasi” sebagai arah pembangunan kota-kota di Indonesia. Kerangka ini diharapkan dapat diakomodasi dalam pelaksanaan ICP di 10 pilot project, sehingga setiap kegiatan perencanaan kota mampu menjawab tantangan keberlanjutan dan ketahanan wilayah.
Kebijakan yang diakomodasi didalam ICP merupakan hasil overlay dari berbagai kebijakan global maupun nasional, seperti Paris Agreement yang menekankan pentingnya kawasan tahan bencana, serta New Urban Agenda yang menekankan pentingnya pembangunan perkotaan berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, kota-kota yang menjadi bagian dari ICP diproyeksikan akan menunjukkan wajah baru dalam 20 tahun ke depan.
Selanjutnya, Benny menekankan bahwa pengembangan pilot project Mempawah-Bukittinggi-Belitung dan Samarinda seharusnya mempertimbangkan comparative advantage kota. “Bukittinggi merupakan kota yang sejuk dan secara alami tidak bisa dikondisikan melalui pembangunan fisik dan nonfisik. Pengembangan ICP yang akan kita lakukan tidak hanya membuat kota Bukittinggi tetap sejuk hingga 20 tahun kedepan namun juga terjadi peningkatan ekonomi di kawasan tersebut,” ucap Benny.
Menanggapi hal tersebut, Nuning, selaku Co Team Leader Urban Planning ICP Mempawah Area menjelaskan bahwa telah dilakukan analisis daya dukung untuk kota-kota percontohan ICP. “Selain melakukan analisa daya dukung, kami juga mencoba membuat pengukuran kota yang bertransformasi. Namun, kami masih mempertimbangkan apa saja yang akan menjadi indikator transformasi tersebut,” sebut Nuning.
Dalam diskusi tersebut, Hadi selaku Project Team Leader ICP Sumatera dan Kalimantan turut menyoroti pentingnya desain kota yang baik dalam ICP sebagai “titik akupuntur” pembangunan perkotaan, yakni intervensi yang dilakukan secara terfokus pada kawasan tertentu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
“Lebih dari sekadar proyek fisik, ini merupakan strategi untuk mengendalikan arah perkembangan kota melalui kerangka desain perkotaan dan pedoman desain perkotaan, sehingga pertumbuhan kota tidak berjalan liar, tetapi tetap terarah dan berkelanjutan,” ujar Hadi.
Menutup kegiatan, Benny berharap agar dalam laporan ICP selanjutnya, Tim Konsultan mampu menyajikan skenario kota di 20 tahun kedepan, dan mampu mengintegrasi kebijakan nasional dan global seperti New Urban Agenda, Sustainable Development Goals, dan Paris Agreement.
Turut hadir dalam kegiatan ini, antara lain Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah I.A, Hasna Widiastuti, Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah I.B, Fransisco, Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah I.C, Zaldy Sastra, serta pejabat pengawas dan pegawai BPIW. (Mut/Fri/Tiara)