Pada 20 Desember, Presiden Joko Widodo meresmikan empat ruas jalan tol Trans- Jawa seksi Jawa Timur, yakni jalan tol Ngawi-Kertosono segmen Wilangan-Kertosono, Jombang-Mojokerto seksi Bandar-Kertosono, Gempol-Pasuruan seksi Pasuruan-Grati, dan Surabaya-Gempol seksi Relokasi Gempol-Porong sepanjang.
Sehubungan dengan hal itu Kepala BPIW Kementerian PUPR Hadi Sucahyono mengatakan Tol Trans- Jawa memberikan pengaruh positif pada sektor ekonomi masyarakat . Menurutnya jalan tol yang dibuat Kementerian PUPR didasari pada kebutuhan akan kelancaran logistik dan permintaan volume kendaraan yang terus meningkat.
Ditinjau dari sisi transportasi, Jalan Tol Trans- Jawa terbukti memperlancar arus dan meningkatkan perpindahan arus dan meningkatkan perpindahan orang, distribusi barang, dan pertumbuhan jasa. Lalu dari segi pengembangan wilayah kata Hadi jalan tol ini berhasil mendorong pertumbuhan kawasan ekonomi baru baik berupa pusat-pusat kegiatan ekonomi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) hingga bermunculannya kawasan industri di sepanjang jalur Trans-Jawa.
Denga adanya akses jalan bebas hambatan dan bermunculannya kawasan industri menurut Hadi dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas arus barang dan manusia, sehingga akan berdampak pada penurunan ongkos transportasi. “Transportation cost-nya kita tekan sehingga harga barang akan lebih murah,” ungkap Hadi beberapa waktu lalu.
Dalam perencanaanya menurut Hadi tol Trans-Jawa dapat memacu teknologi. Ketika jalanan sudah bagus, maka para pengusaha akan memikirkan moda transportasi yang lebih efisien sekaligus ramah lingkungan. Bahkan berdasarkan kajian Bank Indonesia (BI), Trans Jawa dampaknya enam kali lebih besar daripada tol Sumatera.
Hal ini disebabkan lalu lintas di Jawa lebih padat. Disamping itu, industri di Jawa lebih berkembang. Pada entry point dan exit point tol di sepanjang Trans Jawa akan memunculkan sentra ekonomi baru, seperti pompa bensin, rumah makan, dan permukiman. Lalu rest area untuk dijadikan sebagai tempat penjualan produk UMKM, sehingga dampaknya akan dirasakan oleh pelaku UKM lokal, khususnya di bidang kuliner.
Menurut Hadi dari 2015 hingga 2017, beberapa kabupaten di Jawa Barat seperti Kabupaten Subang, Karawang, dan Purwakarta, Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya meningkat. “Kondisi ini dilatarbelakangi oleh banyaknya industri yang memindahkan lokasinya di dekat pintu tol sehingga akan memberikan pajak bagi daerah,” tukasnya. (Hen/infobpiw)