Potret Pola Ideal Perkotaan di Tanah Air, BPIW Susun Buku SOIC 2017

Layanan Informasi BPIW     |     04 Sep 2017     |     11:09     |     1035
Potret Pola Ideal Perkotaan di Tanah Air, BPIW Susun Buku SOIC 2017

Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini tengah menyusun sumber data kebijakan perkotaan, permukiman dan perumahan, serta infrastruktur dasar PUPR bagi para pemangku kebijakan di pusat maupun pemerintah daerah.

Demikian terungkap dalam Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terarah) mengenai Penyusunan Buku The State of Indonesian Cities (SOIC) 2017: "Membangun Identitas Kota-Kota Indonesia” di Jakarta, akhir pekan lalu. 

Kepala BPIW Kementerian PUPR, Rido Matari Ichwan mengatakan, buku yang targetnya dapat dilauncing pada Hari Bakti (Harbak) PU ke-72 ini, diharapkan dapat memberikan pola ideal dari dinamika perkotaan yang terjadi pada kota-kota di Indonesia.

"Buku ini juga diharapkan dapat memfasilitasi discourse (wacana,-red) tentang perkembangan perkotaan Indonesia di kancah ilmu pengetahuan tingkat internasional," ungkap Rido.

BPIW merasa perlu menyusun buku mengenai SOIC 2017 tersebut. Sebab, saat ini belum ada publikasi resmi tentang kondisi perkotaan terkini di Indonesia yang dapat digunakan dalam berbagai forum ilmiah tingkat international.

Rido menegaskan, saat ini fenomena dunia sedang mengkota, sehingga akan membutuhkan perspektif Indonesia sebagai negara kepulauan tropis terbesar di dunia dalam mencari solusi perkotaan.

Keragaman budaya dan keunikan lansekap serta biodiversitas alam Indonesia, Rido meyakini, pola ideal perkotaan di Indonesia akan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan perkotaan yang diperlukan dunia. 

Lebih lanjut Rido mengatakan, prinsip penulisan buku SOIC 2017 perlu menggambarkan kondisi terkini dari berbagai aspek dari perkotaan. “Kemudian narasi yang disajikan harus menggunakan kosa kata baku, agar mudah dimengerti serta pelu dilengkapi dengan berbagai infografis yang menarik,” lanjutnya.

Kemudian ada deskripsi perkembangan kota-kota di suatu negara, region, atau dunia. “Baik tantangan, keberhasilan, maupun harapan dalam pembangunan kota,” jelas Rido.

Tak kalah penting, ujar Rido, perlu adanya pembahasan yang menitikberatkan aspek sosial budaya. “Yang perlu dibahas secara dalam adalah kondisi perkotaan di Indonesia yang saat ini sedang mencari bentuk dan indentitas baru,” jelasnya.

Hadir dalam FGD tersebut, praktisi Corporate Social Responsibility (CSR), M. Jalal, Team Leader Divisi Pembiayaan Pemerintah Daerah dan Instansi Pemerintah,  PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), Ery Hartito, Pakar Hukum Tata Negara UI, Bani Pamungkas, Aktivis Kelompok Keahlian Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Kebijakan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengengembangan Kebijakan (SAPPK) – ITB, Andi Oetomo

Di tempat sama, Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, BPIW Kementerian PUPR, Agusta Ersada Sinulingga menambahkan, format penulisan buku SOIC 2017 akan bersifat umum. 

Ia menjelaskan, penulisannya akan bersifat deskriptif-eksploratif karena tujuan utamanya untuk menunjukan kekinian situasi perkotaan di Nusantara.

“Cara penulisannya akan berorientasi looking-forward (memandang kedepan-red). Bahasanya juga akan banyak menggunakan ilmiah popular sesuai dengan target pembaca masyarakat umum dan pemangku kebijakan,” jelasnya. (ris/infoBPIW) 

Bagikan / Cetak:

Berita Terkait: