Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Mewujudkan Kota Ramah Air: Tantangan Dan Peluang Perencanaan Infrastruktur Wilayah”. Kegiatan ini digelar di Auditorium Kementerian PUPR, Senin, 11 Desember 2023.
Tujuan kegiatan seminar nasional ini adalah untuk menyusun rekomendasi dan usulan untuk memunculkan ide gagasan pengelolaan air kawasan perkotaan serta memperkaya poin-poin penting bagi pemerintah pusat khususnya Kementerian PUPR, yang akan dibawa ke 10th World Water Forum 2024 di Bali pada bulan Mei nanti.
Keynote Speech dan sekaligus membuka seminar tersebut, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang mengapresiasi kegiatan seminar ini, karena mensosialisasikan pelaksanaan World Water Forum tersebut. Dikatakannya juga bahwa dulu BPIW dibentuk berdasarkan ilmu kewilayahan yang dipelajarinya dari Ir. Sutami (almarhum) yang menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1964. Menteri Basuki kemudian mengembangkan hingga terbentuklah BPIW yang tujuannya untuk programming. “Perencanaan pembangunan dan programming, mestinya di BPIW ini,” tuturnya.
Terkait tema seminar mengenai Kota Ramah Air, Menteri Basuki menjelaskan mengenai Pompa Banjir Sentiong yang diresmikan pada hari ini. Pompa tersebut berkapasitas 50 meter kubik per detik untuk pompa banjir. Manfaatnya adalah mereduksi banjir sebesar 879 Ha di 8 kecamatan meliputi Pademangan, Sawah Besar, Tanjung Priok, Kemayoran, Cempaka Putih, Johar Baru, Matraman, dan Senen. Selain itu manfaatnya adalah melengkapi sistem pengendalian banjir hulu-hilir di DKI Jakarta. Menteri Basuki meyakini dengan kerja sama semua pihak dapat mewujudkan kawasan perkotaan menjadi ramah air.
“Water sensitive (kota ramah air), ada yang namanya liveable city, lovable city, sustainable city, pasti semuanya dasarnya air. kalau orang mau hidup nyaman harus ada air. Tidak mungkin orang nyaman hidup tanpa air," ujar Basuki. Usai membuka acara, Ketua IAP, Dr.Phil. Hendricus Andy Simarmata memberikan penghargaan berupa Lifetime Achievement Award kepada Menteri PUPR atas kontribusinya terhadap dunia perencanaan.
Kepala BPIW, Yudha Mediawan menambahkan dari seminar ini diharapkan didapat masukan atau isu-isu terbaru terkait kota ramah air. Hal ini menurutnya berguna bagi BPIW yang memiliki banyak perencana kota dan wilayah. “Dengan seminar ini diharapkan mereka menyampaikan ide-ide dan juga bisa membandingkan instansi lain maupun dari luar negeri. Hasil rumusan dari seminar ini, hasilnya bisa digunakan terutama generasi muda di Kementerian PUPR,” tuturnya.
Dikatakannya juga bahwa generasi muda didorong untuk menyusun dokumen-dokumen yang sangat penting bagi Kementerian PUPR yang disebut Rencana Pengembangan Infrastruktur wilayah (RPIW). Dalam RPIW ini menurutnya ada lokus dan fokus yang merupakan pengembangan kawasan perkotaan, pariwisata, kawasan industri, dan pertanian serta terkait proyek kawasan strategis untuk lima tahun ke depan. Pada kegiatan itu, Ketua IAP mengangkat Kepala BPIW sebagai salah satu Dewan Penasihat IAP.
Seminar yang dimoderatori Ketua IAP, Dr.Phil. Hendricus Andy Simarmata ini menghadirkan beberapa narasumber yakni Prof. Diego Ramirez, Professor Urban Design at Monash University, Melbourne, Australia/ Direktur RISE (Revitalising Informal Settlements And Their Environments Project) dengan tema: Konsep WSC dan Best Pratice-nya WSC di luar negeri dan yang sudah diterapkan di Indonesia.
Dalam paparannya ia merokemendasikan rehabilitasi aliran air dan kawasan sepadan sungai, restorasi hutan dan rekreasi berbasis alam, landscape yang produktif, biomimikri dan solusi berbasis alam untuk tata kelola air, serta pengelolaan daerah banjir, peningkatan kualitas air dan lahan terbuka.
Narasumber lainnya yakni Shana Fatina Sukarsono, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) mengangkat tema: Pengelolaan kawasan wisata pada wilayah yang minim sumber daya air. Ia menyampaikan beberapa rekomendasi pengelolaan air di Labuan Bajo yakni pemetaan konservasi sumber air tanah dan permukaan, perencanaan berbasis daya dukung dan tampung kawasan, kampanye ramah air Labuan Bajo dan pariwisata berkelanjutan, audit air secara berkala, dan optimalisasi portal data untuk pelaksanaan pariwisata berkelanjutan.
Kemudian, Dr. Nirarta Samadhi, Country Director World Resource Institute (WRI) Indonesia paparannya mengenai “Program Rencana Aksi Hutan Kota dan Solusi Berbasis Alam untuk Menjaga Kesinambungan Siklus Hidrologi Kawasan Perkotaan dan Sekitarnya”. Dikatakannya bahwa konsep solusi berbasis alam penting untuk diterapkan, karena menawarkan solusi untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan berkelanjutan seperti perubahan iklim, urbanisasi, degradasi lahan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Narasumber berikutnya, Alis Listalatu, Generasi Muda BPIW yang mengangkat tema: Perencanaan dan Pengembangan Infrastruktur Ramah Air yang sudah dilakukan. Beberapa rekomendasi berdasarkan peluang yang ada yakni water accounting sebagai tool pengelolaan database sektor air dalam perencanaan infrastruktur wilayah, pengelolaan sumber daya air dalam perencanaan infrastruktur wilayah seperti Benefit-Cost Analysis, kombinasi grey and green infrastructure, serta evaluasi dampak infrastruktur terbangun. Dikatakannya juga bahwa perlu inovasi perencanaan dalam pencapaian target infrastruktur 2045.
Dengan tema yang sama Adriadi Dimastanto, Generasi Muda IAP/Sekretaris Jenderal IAP menyimpulkan Kota ramah air mengutamakan konsistensi antara manusia dengan alam, dengan manajemen siklus air sebagai bagian terintegrasi dalam pembangunan kota.
Rumusan hasil seminar itu disampaikan generasi muda BPIW yakni Citra Fadhilah Utami dan Andreas Partogi. Kegiatan tersebut dihadiri seluruh pejabat di BPIW dan unit organisasi di lingkungan Kementerian PUPR serta undangan lainnya. (Hen/Tiara)