Kementerian PUPR melalui BPIW mendorong percepatan pengembangan infrastruktur di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Ubud dan sekitarnya. Dukungan infrastruktur tersebut dalam rangka menunjang pengembangan sektor pariwisata Ubud dan sekitarnya di Provinsi Bali.
Hal itu dipaparkan Kepala BPIW, Rachman Arief Dienaputra dalam “Webinar Nasional Penyusunan Rencana Induk Terpadu Pengembangan Pariwisata Ulapan (Ubud, Tegallalang, dan Payangan), Provinsi Bali” yang digelar Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Jakarta, Rabu 15 Desember 2021.
Menurut Rachman, isu strategis kewilayahan di KSPN Ubud, antara lain potensi pariwisata dan pertanian. “Ubud menjadi daerah dengan kontribusi terbesar bagi Kabupaten Gianyar yaitu sebesar 70%. Sektor dominannya pariwisata dan pertanian,” terangnya. Untuk pariwisata terdapat 80 Daya Tarik Wisata (DTW) di seluruh kawasan Ulapan dengan beberapa lokasi wisata utama seperti Monkey Forest, Bukit Campuhan, Goa Gajah, dan Pura Tirta Empul Tapaksiring. Potensi pertanian di KSPN Ubud diperkuat dengan adanya hamparan sawah dengan sistem irigasi Subak salah satunya di Tegalalang.
Secara geografis, lanjutnya, KSPN Ubud strategis karena terletak di Bali bagian tengah diantara kawasan Bali Utara sebagai Koridor Pemerataan dan Bali Selatan sebagai Koridor Pertumbuhan. “Berdasarkan sistem jaringan jalan, untuk menuju ke wilayah Bali Utara dari Bali Selatan harus melalui KSPN Ubud,” paparnya.
Rachman menegaskan, arah pengembangan wilayah Ubud perlu menitikberatkan untuk menjaga Cultural Lanscape Heritage dan meminimalisasi alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan terbangun. “Kecamatan Ubud juga sebagai pusat pelayanan kegiatan dan inti pengembangan KSPN Ubud dan sekitarnya,” tegasnya.
Kemudian, ungkap Rachman, mendorong pengembangan sektor ekonomi utama yaitu sektor pariwisata berbasis budaya, mulai dari pelestarian pura, subak, bentang alam, kuliner, kerajinan lokal dan lainnya. “Sektor pertanian dengan revitalisasi budaya pertanian Bali seperti desa adat, lahan persawahan, pasar desa dan lainnya,” papar Rachman.
Terkait infrastruktur PUPR, perlu dilakukan pemanfaatan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung sebagai sumber air baku dan mengendalikan potensi banjir, sedimentasi dan longsor. “Memperbaiki jalan kabupaten (konektivitas,-red) dengan mengembangkan atau memperbaiki jalur penghubung sisi barat ke sisi timur yang memiliki kontur alam bergelombang,” ungkapnya.
Pengembangan kawasan inti perkotaan Ubud dilakukan dengan mengurangi pergerakan kendaraan dan mengurangi ruang parkir di badan jalan, sekaligus mengembangkan bufer kawasan perkotaan Ubud melalui pengembangan gedung parkir yang terintegrasi dengan jaringan pejalan kaki, dan sistem transportasi umum antar-objek wisata di dalam KSPN Ubud.
Selain itu, mendorong pembangunan ruang atau bangunan publik yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi meliputi ruang terbuka, pusat informasi, promosi wilayah, pasar, ruang parkir atau halte, dan tempat evakuasi. Termasuk, pemenuhan pelayanan dasar perkotaan/permukiman dan penataan kawasan desa adat.
Rachman menyatakan, pengembangan Ulapan diarahkan untuk mendorong pengembangan Pariwisata Kawasan Ulapan sebagai Healing Paradise. “Menciptakan kawasan ramah lingkungan dengan mendorong integrasi sistem jaringan pejalan kaki dengan sistem transportasi antar moda. Hal ini dilakukan dengan penyediaan jalur pejalan kaki, lahan parkir dan pembatasan parkir kendaraan di badan jalan,” terangnya. Kemudian, mendorong pembangunan Green Infrastructure untuk mengurangi emisi karbon dan menciptakan micro atmosphere yang dapat meningkatkan kenyamanan wisatawan selama di Ubud.(ris/infoBPIW)