BPIW Sosialisasikan Output Strategis untuk Perkuat Sinergi Pembangunan Infrastruktur

Narasumber pada acara sosialisasi dan diseminasi output strategis BPIW
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi dan Diseminasi Output Strategis BPIW pada 9-10 September 2025 di Grha Wiksa Praniti, Balai Penataan Bangunan, Prasarana, dan Kawasan (BPBPK) Direktorat Jenderal Cipta Karya, Bandung.
Kegiatan yang dibuka oleh Sekretaris BPIW, Riska Rahmadia, menghadirkan narasumber dari unit kerja di BPIW, penanggap dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) dan Sekolah Artsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) Institut Teknologi Bandung (ITB) serta menghadirkan peserta dari kalangan akademisi dan asosiasi profesi di bidang perencanaan wilayah dan teknik sipil.
Dalam sambutannya, Riska menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai langkah memperkuat kolaborasi dengan asosiasi profesi, akademisi, dan masyarakat. “Kegiatan ini kita lakukan untuk mendukung perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur PU yang lebih terpadu, berkelanjutan, dan berbasis pengembangan wilayah. Harapannya, manfaat output BPIW dapat dipahami secara utuh dan memberi kontribusi nyata bagi pembangunan nasional,” ucap Riska.
Rikawati, Ketua Tim Data dan Teknologi dan Informasi, narasumber dari Sekretariat BPIW memaparkan tentang layanan publik yang tersedia di sekretariat BPIW. Selain itu, BPIW juga menyediakan perpustakaan yang memuat kompilasi produk unit kerja serta platform WebGIS untuk mempermudah visualisasi data bagi para pemangku kepentingan. “Layanan publik adalah etalase instansi unit organisasi sebagai faktor tertinggi yang memengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap instansi pemerintahan serta sebagai indikator akuntabilitas,” tutup Rika.
Paparan berikutnya disampaikan Ketua Tim Perkotaan Citra Fadilahu, narasumber Pusat Pengembangan Infrastruktur Wilayah Nasional yang menjelaskan sejumlah kegiatan strategis diantaranya Rencana Strategis Kementerian PU, National Urban Development Project (NUDP), Evaluasi Manfaat Pembangunan Infrastruktur PU serta mekanisme Rapat Koordinasi Keterpaduan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Rakorbangwil) dan Konsultasi Regional (Konreg). Ia juga menjelaskan bahwa BPIW telah merumuskan satu teori baru mengenai Kota yang Bertransformasi yang mencakup tujuan pembangunan perkotaan, indikator kotanya, serta pilar pengembangan wilayah. “Dalam kerangka teori ini, terdapat penekanan pada pengembangan wilayah untuk mempertimbangkan daya dukung lingkungan seperti infrastruktur, modal, institusi, partisipasi masyarakat, serta komitmen yang kuat dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah,” jelas Citra.
Ketua Tim Pengembangan Infrastruktur Wilayah Riau dan Sumatera Barat, Tommy Aramanda, narasumber dari Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah I memaparkan isu, potensi, tema pembangunan wilayah Sumatera dan Kalimantan, serta urgensi penyusunan Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah (RPIW). “Ini menjadi dasar penentu penyusunan program dan rencana aksi ke depan. Potensi-potensi kawasan juga akan kami integrasikan dengan kebijakan baru Presiden,” jelas Tommy.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah II A, Bernadi dari Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah II memaparkan profil dan kinerja infrastruktur, isu strategis, serta skenario pengembangan wilayah Provinsi Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. “Profil dan kinerja infrastruktur adalah hasil pengamatan BPIW dari sisi seluruh infrastruktur yang dibangun Kementerian PU, kebijakan Rencana Pengembangan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2025-2029) yang dilakukan sintesis dengan kondisi suatu daerah sehingga memunculkan tema pembangunan kewilayahan,” ucap Bernadi.
Terakhir, Ketua Tim Pengembangan Infrastruktur Wilayah III C, Stephanus Raden Kristianto narasumber dari Pusat Pengembangan Infrastruktur PU Wilayah III, menjelaskan mengenai karakteristik dan isu strategis Provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua. Menurutnya, BPIW berupaya melakukan visualisasi kondisi daerah dari sisi kependudukan, geografis, cakupan wilayah, serta implementasi pembangunan. “Papua merupakan salah satu contoh provinsi yang membutuhkan eksplorasi mendalam serta optimalisasi sumber daya alam. Hal ini butuh kolaborasi antara PU dengan sektor lainnya,” jelas Stevi.
Menanggapi hal ini, Guru Besar Tata Kelola Infrastruktur Wilayah dan Kota Berkelanjutan, ITB, Sri Maryati, menilai pembangunan infrastruktur harus mendukung pengembangan kawasan. “BPIW perlu mengkaji dukungan infrastruktur yang dibutuhkan dalam mengembangkan suatu kawasan, seperti dukungan transportasi untuk distribusi barang agar tercipta peningkatan perekonomian,” jelas Sri. Ia juga mengapresiasi layanan publik BPIW yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Sementara itu, Dosen Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB, Iris Mahani menekankan pentingnya resilient infrastructure mengingat besarnya potensi kebencanaan di Indonesia. “Pembebanan anggaran pembangunan infrastruktur juga bisa mengandalkan pembiayaan kreatif seperti Land Value Capture (LVC) agar tidak membebani Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),” jelas Iris.
Kegiatan ditutup oleh moderator Akhyar Fahrizal yang menyampaikan apresiasi atas partisipasi peserta. “Masukan serta uji coba layanan publik BPIW secara langsung menjadi catatan penting untuk perbaikan BPIW ke depan,” ucap Akhyar. (Mut/Tiara)