BPIW Paparkan Perencanaan dan Pemrograman Pembangunan Infrastruktur PUPR
Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan infrastruktur PUPR, Badan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah (BPIW), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Harris
Batubara mengungkapkan, saat ini BPIW telah merumuskan sejumlah perencanaan terkait pelaksanaan
keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR Tahun Anggaran (TA) 2016.
“Termasuk sinkronisasi program-program pembangunan Kementerian PUPR TA 2017 dalam mendukung
pengembangan kawasan prioritas dan wilayah pengembangan strategis (WPS),” kata Harris saat menjadi
pembicara dalam seminar Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (IAMPI) yang mengambil tema
“Enchacing The National Project Capabilities Through Portofolio, Program, and Project Management” di
Jakarta, beberapa waktu lalu.
Haris mengatakan, BPIW memiliki tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan strategi
keterpaduan antara pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR.
Dalam hubungan dengan unit organisasi lain di Kementerian PUPR, BPIW memiliki peran pada bidang
perencanaan, Sekretariat Jenderal (Sekjen) pada bidang organizing, Direktorat Jenderal (Ditjen) pada
bidang actuating atau pelaksanaan program. “Adapun Inspektorat Jenderal (Itjen) pada bidang
pengawasan,” ujar Haris
Seminar ini dihadiri berbagai stakeholders, mulai dari perwakilan BPIW Kementerian PUPR, Komite
Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas, PT. Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, Asosiasi
Kontraktor Indonesia, PT. Total Bangun Persada, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), dan
International Project Management Association (IPMA).
IPMA merupakan sebuah organisasi di bidang manajemen proyek yang mengintegrasikan sumber daya,
proses, struktur, dan budaya dalam proyek, program dan portofolio (PP&P) untuk mendukung
pemerintahan dan sistem manajemen.
Reinhard Wagner, President IPMA, menjelaskan, manajemen proyek merupakan bagian penting dalam
menjalankan suatu proyek. Sebab, dalam pelaksanaannya sering dihadapkan pada permasalahan yang
kompleks.
Dengan begitu, ungkap Reinhard, suatu organisasi memang dituntut untuk fleksibel dan tidak kaku
dalam menghadapi permasalahan.
Menurut Reinhard, hal lain yang perlu menjadi perhatian dalam melaksanakan suatu proyek adalah goals
yang ingin dicapai dari suatu proyek. “Jangan hanya melihat pencapaian jangka pendek, akan tetapi
harus melihat pencapaian jangka panjang. Oleh karena itu, manajemen proyek juga perlu memperhatikan
pendekatan, agar proyek dapat dikerjakan dengan pemikiran yang lebih holistik,” jelasnya.
Turut menjadi pembicara pada seminar tersebut, Tri Haryo Soesilo, selaku Project Director for Energy
Sector Committee for Acceleration of Priority Infrastructure Delivery, Sarwo Handayani, selaku
Commisioner of PT. MRT Jakarta.(YPS/InfoBPIW)