Susun ITMP, BPIW Himpun Masukan Pemerintah Daerah
Guna memberikan gambaran umum mengenai apa yang telah dilakukan pada bulan pertama dari penyusunan
Integrated Tourism Masterplan (ITMP) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur, digelar
pembahasan Laporan Pendahuluan Borobudur-Yogyakarta-Prambanan, di Magelang Senin (3/9).
Menurut Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Strategis Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW)
Kementerian PUPR, Kuswardono, kegiatan tersebut juga untuk mengomunikasikan rencana kerja tim
konsultan terutama kepada Pemerintah Daerah yang terkait dengan penyusunan ITMP tersebut,
diantaranya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Komunikasi rencana
kerja tim tersebut juga dilakukan dengan kementerian atau lembaga lain yang juga turut hadir pada
acara tersebut seperti Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Kementerian Pariwisata.
Ia menilai kegiatan tersebut menghasilkan banyak masukan yang dapat menjadi pertimbangan dalam
menyusun Rencana Induk Pariwisata Terpadu yang dibantu Bank Dunia tersebut. “Satu bulan setelah ini,
akan ada baseline analysis dan skenario pertumbuhan kawasan. Itu yang paling penting. Kita akan
melihat struktur destinasi Kawasan Pariwisata Borobudur dan perspektif yang lebih luas,” ungkapnya.
Kuswardono juga menyatakan kajian yang sudah yang dilakukan Pemerintah Daerah melalui Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). “Nantinya pihak konsultan akan mereview dan menilai dari
beberapa obyek atraksi terkait Borobudur yang bisa dikembangkan,” ucapnya.
Kuswardono berharap dari semua masukan peserta rapat, dengan mempertimbangkan semua rencana yang
telah tersusun dapat teridentifikasinya struktur pengembangan destinasi wisata saat ini. Dengan
struktur tersebut menurutnya dapat dilihat lebih lanjut bagaimana sebaiknya pengembangan kawasan
pariwisata Borobudur.
Ia juga menyatakan bahwa BPIW mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk mengawal penyusunan ITMP.
Hasil dari penyusunan ITMP menurutnya menjadi milik semua pihak terutama yang berkaitan langsung
dengan kawasan pariwisata tersebut. “Kita tidak memyentuh kawasan yang dikembangkan badan otorita,
kita diluarnya,” tutur Kuswardono.
Saat memberikan paparannya, Ketua Tim Konsultan, Jim Jessamine mengungkapkan laporan itu tersebut
juga bertujuan untuk memaparkan perkembangan yang telah dicapai selama bulan pelaksanaan survei
terhadap KSPN Borobudur. “Namun yang lebih penting adalah laporan ini dapat menjadi pendahuluan dan
gambaran umum yang padu dalam proses penyusunan ITMP itu,” ucap Jim.
Dikatakannya juga bahwa secara keseluruhan tujuan ITMP adalah untuk meningkatkan kualitas dan akses
dari infrastruktur dasar dan layanan pariwisata, memperkuat ekonomi lokal yang terkait dengan
pariwisata, dan menarik investasi swasta di destinasi wisata terpilih di Indonesia.
Lanjutnya, pada tahap awal, tim ITMP melakukan beberapa pengamatan yang dapat memberikan informasi
terhadap pendekatan yang akan dilakukan. Pengamatan meliputi akses dan infrastruktur, permintaan dan
pertumbuhan, perilaku wisatawan, aspek-aspek sosial, dan pengaturan kelembagaan. Selain itu juga
dilakukan pengamatan terkait perencanaan kota dan lingkungan.
George Soraya dari Bank Dunia menambahkan seluruh daerah yang berada di sekitar Borobudur dinilai
penting untuk dikembangkan. Namun menurutnya tantangan terbesar pada penyusunan ITMP ini adalah
mengambil struktur yang paling penting dari sistem yang semuanya penting tersebut. Namun yang jelas
menurutnya penyusunan ITMP ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara ke
Indonesia.
Kegiatan itu juga menampilkan beberapa pembicara seperti Kasubbid Ekonomi dan Ketenagakerjaan
Bappeda Provinsi Jawa Tengah , Arif Wahyudhi. Pada kesempatan tersebut Arif menjelaskan bahwa
Kawasan Borobudur-Yogyakarta dan sekitarnya merupakan salah satu dari empat destinasi pariwisata
nasional di Provinsi Jawa Tengah. Tiga destinasi pariwisata lainnya adalah Semarang–Karimun Jawa dan
sekitarnya, Solo – Sangiran dan sekitarnya, serta Nusa Kambangan-Pangandaran dan sekitarnya.
Ia juga menjelaskan mengenai beberapa arahan pengembangan kawasan pariwisata Borobudur seperti
pengembangan kawasan pariwisata tidak boleh mengancam keberadaan candi yang ada, harus melindungi
karakter kawasan perdesaan, dan perbukitan Menoreh tidak dikembangkan secara masif sebab merupakan
kawasan konservasi Candi Borobudur. Dikatakannya juga bahwa pengembangan Borobudur harus
mempertimbangkan limitasi kawasan, menjaga bentang pandang, dan memperhatikan kawasan yang harus
dilindungi.
Sedangkan Kabid Sarana Prasarana Bappeda Provinsi DIY, Munarta mengakui bahwa pertumbuhan kunjungan
wisatawan mancanegara di daerahnya masih lambat, menurutnya perlu dilakukan event yang unik yang
dapat menjadi daya tarik wisatawan dan berkelas internasional dengan pemasaran yang efektif.
Kegiatan yang diwarnai dialog ini dihadiri beberapa kalangan seperti Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) dari Kabupaten Klaten, Kota Magelang, Kabupaten Kulonprogo, dan Kota Semarang.
Selain itu juga hadir Badan Otorita Borobudur. (Hen/Ico/Dextrin/infobpiw)