BPIW Gelar Rapat Koordinasi Integrasi Program Infrastruktur Untuk Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem dan Stunting
Pemerintah kini sedang memfokuskan penanggulangan kemiskinan ekstrem dan stunting. Kemiskinan
ekstrem Indonesia tahun 2021 mencapai sebesar 4 persen, maka Presiden memberikan arahan upaya
penanggulangan agar kemiskinan ekstrem pada 2024 dapat mencapai 0 persen.
Sehubungan dengan hal itu, BPIW Kementerian PUPR melakukan Rapat Koordinasi Integrasi Program
Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) Cipta Karya dan Program Bantuan Stimulasi Perumahan Swadaya
(BSPS) dalam penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem, di ruang rapat BPIW, 25 Oktober 2021.
Kepala BPIW Racman Arief Dienaputra menjelaskan kemiskinan ekstrem adalah kondisi kesejahteraan
masyarakat berada di bawah garis kemiskinan ekstrem. Adapun kriteria miskin ekstrem antara lain
penghasilan USD 1,9 dollar Amerika/hari, termasuk dalam 360 kab/kota fokus penanganan stunting oleh
Bappenas, prevalensi stunting tinggi, persentase sanitasi layak rendah, persentase air minum layak
rendah, dan ada/tidaknya target penanganan kawasan kumuh 2020-2024.
Dikatakannya juga bahwa penanggulangan kemiskinan ekstrem dilakukan secara bertahap di 35
kabupaten/kota prioritas pada 2021, 212 kabupaten/kota wilayah prioritas perluasan pada 2022, hingga
mencapai keseluruhan 514 kabupaten/kota secara nasional (2023-2024).
“Salah satu arahan kebijakan penanggulangan kemiskinan ekstrem yaitu menurunkan wilayah kantong
kemiskinan dengan meningkatkan akses terhadap layanan dasar dan meningkatkan konektivitas antar
wilayah,” tuturnya. Kebijakan ini menurutnya dapat diupayakan oleh Kementerian PUPR melalui Program
Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) dan Bantuan Stimulasi Perumahan Swadaya (BSPS).
Program IBM di bawah Ditjen Cipta Karya kata Rachman, merupakan program penyediaan infrastruktur
dasar meliputi air bersih, sanitasi, limbah, dan infrastruktur permukiman lainnya dengan menekankan
partisipasi masyarakat, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
Program tersebut ada delapan macam yakni Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (Pamsimas), Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Perdesaan Padat Karya, Sanitasi Berbasis
Masyarakat (Sanimas), Sanitasi Perdesaan Padat Karya, Sanitasi Ponpes- Lembaga Pendidikan Keagamaan
(LPK), Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS 3R), Pengembangan Infrastruktur
Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), dan Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). “Program IBM utamanya
dilakukan di lokasi-lokasi permukiman Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),” ucapnya.
Sedangkan Program BSPS di bawah Ditjen Perumahan menurutnya adalah bantuan pemerintah bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk mendorong dan meningkatkan kualitas rumahnya beserta
prasarana, sarana dan utilitas umumnya. Terdapat dua bentuk BSPS, yaitu Peningkatan Kualitas Rumah
Swadaya (PKRS) dengan besaran bantuan mencapai Rp 20.000.000, dan Pembangunan Baru Rumah Swadaya
(PBRS) dengan besaran bantuan mencapai Rp 35.000.000.
Dikatakannya juga bahwa ada 35 Kabupaten/Kota prioritas dalam penanggulangan kemiskinan ekstrem pada
Implementasi Tahap I Tahun 2021 yang tersebar di tujuh provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, NTT, Maluku, Papua Barat, dan Papua. “Terdapat 212 Kabupaten/Kota prioritas dalam
penanggulangan kemiskinan ekstrem pada implementasi Tahun 2022 yang tersebar di 25 provinsi,” tutur
Rachman.
Ia berharap kolaborasi yang dilakukan baik dengan Ditjen Perumahan dan Cipta Karya, serta dengan
Kementeriann/Lembaga lainnya dapat membantu menanggulangi kemiskinan ekstrem dan stunting tersebut.
Dirjen Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid menambahkan hingga akhir tahun sebanyak 5.500
unit rumah akan dibangun untuk mendukung penanggulangan kemiskinan ekstrem dan stunting.
Penyediaan rumah tersebut untuk 35 kabupaten/kota. Namun yang lebih penting menurutnya adalah
pembangunan infastruktur yang akan dibangun tersebut dapat tepat sasaran.
Kegiatan yang juga dilakukan melalui video conference ini diikuti Deputi Bidang Dukungan Kebijakan
Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Setwapres Suprayoga Hadi. Menurut Suprayoga Wapres
Ma’ruf Amin meminta agar kementerian/lembaga dapat terus bersinergi dan berkoordinasi agar dapat
mengatasi permasalahan kemiskinan ekstrem dan stunting tersebut.
Sedangkan Sekretaris Utama (Sestama) Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) Tavip Agus
Rayanto mengatakan pihaknya siap memberikan data-data terkait hal itu, hingga kawasan perdesaan,
mengingat BKBBN telah melaksanakan pendataan beberapa waktu yang lalu.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Andi Megantara mengatakan data yang sudah ada di BKKBN, perlu
dikoordinasikan dengan pemerintah daerah setempat, sehingga didapat data yang disetujui semua pihak
untuk penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting.
Turut hadir dalam pertemuan itu, Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur Wilayah I BPIW Hari Suko
Setiono dan Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Wilayah I.A. Melva Eryani Marpaung serta
Kasubdit Perencanaan Teknis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya
Kusumawardhani. (Hen/infobpiw)