BPIW Susun Pemodelan Analisis Manfaat dan Dampak Investasi Infrastruktur PUPR Berbasis Spasial
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR melalui Pusat Pengembangan
Infrastruktur Wilayah Nasional menggelar Diskusi Kelompok Terpumpun Pengayaan Model Analisis Manfaat
dan Dampak Investasi Infrastruktur PUPR Berbasis Spasial di Semarang, Jumat 18 Agustus 2023. Diskusi
ini dilatarbelakangi tugas Kementerian PUPR yang tidak ringan dalam menyediakan infrastruktur yang
andal di seluruh wilayah Indonesia.
Mengingat besar, beragam, dan luasnya bidang tugas Kementerian PUPR, salah satu tantangan yang
dihadapi adalah bagaimana menentukan kawasan/wilayah prioritas yang akan diintervensi beserta
dukungan program-programnya secara tepat. Pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pemrograman
pembangunan infrastruktur PUPR harus dilakukan secara terukur dan dapat dipertanggung-jawabkan
justifikasinya. Untuk itu, diperlukan suatu perangkat pemodelan yang dapat mempermudah pimpinan
kementerian dalam memahami situasi yang dihadapi dan dapat menyediakan informasi mengenai
konsekuensi dari berbagai pilihan kebijakan yang akan diputuskan.
Dalam sambutannya, Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur Wilayah Nasional BPIW, Ir. Zevi Azzaino,
M.Sc., Ph.D. menyampaikan bahwa penyediaan model berbasis spasial ini diperlukan sebagai alat bantu
pimpinan kementerian dalam membuat keputusan (decision support system), terutama dalam melakukan
prioritisasi wilayah/kawasan yang akan didukung beserta investasi programnya.
Narasumber yang dihadirkan dalam diskusi ini adalah Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Dr. Dadang
Hardiwan, S.Si., M.Si yang menyampaikan materi tentang statistik manfaat dan dampak infrastruktur
PUPR di Jawa Tengah, serta akademisi Universitas Diponegoro Prof. Dr.sc.agr. Iwan Rudiarto, S.T.,
M.Sc dan Dr. Yudi Basuki, S.T., M.T. yang menyampaikan mengenai pemodelan analisis manfaat dan
dampak investasi infrastruktur PUPR berbasis spasial.
Narasumber pertama menjelaskan bahwa pemodelan membutuhkan variabel data sehingga ketersediaan data
statistik akan mempermudah penggambaran manfaat dan dampak pembangunan infrastruktur PUPR. “Data
dasar yang dijadikan sebagai pijakan dalam membuat sebuah perencanaan adalah jumlah dan kepadatan
penduduk, pertumbuhan ekonomi serta PDRB per kapita,” jelas Dadang. Ia menjelaskan lebih lanjut
bahwa pemerataan pembangunan secara nasional saat ini mulai terlihat selama empat tahun terakhir
yang ditandai dengan mengecilnya peranan ekonomi Pulau Jawa.
Narasumber kedua membahas bahwa pemodelan spasial dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama
cartographic modelling yaitu pemodelan yang didasarkan pada data eksisting berbasis trend tanpa
memasukkan data program. Kedua spatial simulation yaitu memperkirakan dampak manfaat dari
pembangunan infrastruktur yang dilakukan, dengan memasukkan data terkait rencana program.
“Pemodelan pertama memerlukan intervensi untuk menentukan prioritas kawasan dengan kebutuhan
pembangunan infrastruktur paling tinggi, sementara pemodelan kedua hasilnya dapat divalidasi dengan
program-program pembangunan yang telah selesai dilaksanakan,” papar Iwan Rudiarto. Selain itu beliau
juga menyebutkan ada beberapa software analisis spasial yang dapat digunakan dalam pemodelan,
misalnya ArcGIS, QGIS 3.28 Firenze, MCAS-S, TerrSet dan sebagainya.
Diharapkan dengan adanya pemodelan ini kawasan/wilayah prioritas yang akan diintervensi
infrastruktur PUPR dapat ditentukan secara terintegrasi, serta dapat digunakan untuk menyusun
prioritas program infrastruktur PUPR yang memberikan manfaat dan dampak yang optimal. (MBA)