BPIW Komitmen untuk Terus Membangun Budaya Kerja yang Kondusif
Sekretariat Badan Pengembangan Infrastuktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) berkomitmen untuk terus membangun budaya kerja yang kondusif di lingkungan BPIW.
Sekretaris BPIW Kementerian PUPR, Firman H. Napitupulu mengatakan, esensi pengelolaan negara yang
efektif dari sisi manajemen memiliki peran dalam menciptakan kelancaran operasional dan
produktivitas organisasi kerja. Salah satunya melalui budaya kerja yang kondusif.
“Unit organisasi yang memiliki SDM (Sumber Daya Manusia,-red) bagus dan anggaran besar tidak
menutup kemungkinan mengalami kegagalan, karena budaya kerja yang tidak sesuai tujuan organisasi.
Sebaliknya, unit organisasi yang sama, dengan anggaran seadanya dapat tumbuh baik karena ada budaya
kerja yang kondusif," ungkap Firman saat membuka acara Internalisasi dan Dukungan Dimensi Religi
dalam Penerapan Budaya Kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) BPIW, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Firman meyakini, budaya kerja yang tepat akan mendukung kinerja pegawai mencapai sasaran mutu yang
efektif. "Saya kira di BPIW, para pegawainya itu perlu berfikir out of the box (keluar dari
biasanya,-red) dalam rangka mencari formulasi perencanaan dan pemrograman sesuai garis tujuan
didirikannya BPIW,” ungkap Firman.
Lanjutnya, kegiatan ini diharapkan dapat menambah pemahaman pegawai mengenai peraturan kepegawaian.
Sehingga, memudahkan Sekretariat BPIW yang berkewajiban memberikan dukungan manajemen kepada seluruh
jajaran di lingkungan BPIW, untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu, Firman menerangkan bahwa
Sekretariat BPIW juga dapat berperan aktif untuk mendukung pencapaian tugas substantif.
Hadir sebagai narasumber, Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Biro Kepegawaian, Organisasi
dan Tata Laksana, Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR, Respanti Yuwono mengungkapkan seluruh
pegawai di Kementerian PUPR memang senantiasa didorong untuk memegang budaya kerja Kementerian PUPR.
Seperti, bekerja dengan orientasi pencapaian misi. "Yakni tidak akan berhenti sebelum pekerjaan
selesai," terangnya. Kemudian, meningkatkan kerjasama tim untuk mewujudkan sinergitas dalam
pembangunan infrastruktur dan mempunyai kejujuran, profesional serta akhlakul karimah. Semua itu
dijadikan nilai budaya organisasi Kementerian PUPR yang kemudian disebut IPROVE (Integritas,
Profesional, Orientasi Misi, Visioner, Etika – Akhlakul Karimah).
Ia juga menambahkan, ASN memiliki tiga peran, yakni pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
perekat bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Artinya, ketiga peran ini
harus diiringi dengan nilai budaya kerja sehingga mendesain karakter service. “Bagaimana orang yang
bertugas memiliki karakter melayani,” terangnya.
Sebelum berakhir, acara dilanjutkan kembali dengan siraman rohani dari Ustad Abdi Kurnia Djohan. Ia
memaparkan, Iman dan Islam harus berbuah pada perbuatan, bukan sebatas ucapan yakni berupa takwa.
"Jadi umat Islam yang mengaku beriman, tidak cukup dengan pengakuan saja, namun harus berimplikasi
pada perbuatan sehari-hari," terangnya.
Ia menerangkan, Islam itu agama rahmat, agama kasih sayang dan agama yang peduli sesama. Dengan
begitu, orang yang mengaku beriman dan Islam perlu mengimplementasikan dalam prilaku sehari-harinya
yang mencerminkan Islam, yakni berperilaku menebar rahmat, menebar kasih sayang, keselamatan
termasuk peduli sesama dan lainnya.(ris/bil/InfoBPIW)