BPIW Luncurkan Buku Terjemahan dari PBB Terkait Perencanaan Perkotaan
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR meluncurkan dua buku terkait
perencanaan perkotaan, pada saat Parallel Event tentang Inovasi Pembangunan Kota dan Wilayah
Berkelanjutan, di Surabaya, (27/7). Kegiatan tersebut dilakukan disela-sela Preparation Committee 3
Habitat III United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Buku yang diluncurkan ini
merupakan buku terjemahan dari buku yang dikeluarkan PBB. Tiga buku tersebut berjudul “Perencanaan
Kota untuk Para Pemimpin Kota”, “Perencanaan Kota dan Wilayah”,dan “Panduan Internasional tentang
Perencanaan Kota dan Wilayah: Kumpulan Praktik-Praktik Inspiratif”.
Saat memberikan kata sambutan mewakili Kepala BPIW, Hermanto Dardak, Kepala Pengembangan Kawasan
Strategis BPIW, Rezeki Peranginangin menjelaskan buku-buku tersebut merupakan terbitan UN-Habitat
tahun 2013. Kementerian PUPR menurutnya sudah mendapatkan izin dari Secretary General of UN-Habitat
untuk menterjemahkannya pada pada 27 Juli 2016 lalu. Menurut Rezeki, tiga buku tersebut sangat
penting sekali untuk disebarluaskan, terutama bagi pelaku pembangunan. “Buku ini diharapkan sebagai
panduan yang konseptual dan praktis dalam merespon tantangan perkotaan yang semakin kompleks,”
tuturnya. Dengan adanya panduan melalui buku ini dia berharap para pemimpin daerah, dapat mewujudkan
perencanaan yang inovatif dan tata kelola kota yang baik, untuk mewujudkan kota cerdas
berkelanjutan.
Buku ini dinilai penting untuk meningkatkan kapasitas, khususnya untuk kepala daerah di Indonesia,
dengan belajar dari beberapa kasus penanganan permasalahan pada kota dan wilayah di dunia. Selain
itu dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kepala daerah untuk meningkatkan kualitas
pembangunan kota dan wilayah di Indonesia secara lebih inovatif dengan berlandaskan pada
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Terkait pengembangan kawasan perkotaan, Rezeki menjelaskan ada beberapa konsep pengembangan yang
dapat diimplementasikan di setiap Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), yaitu network cities, kota
cerdas berkelanjutan, kota aman, kota sehat, kota berkeselamatan, kota estetik, kota bersih, kota
berkarakter, kota nyaman, kota produktif, kota efisien dan kota berkelanjutan ekologis.
Konsep network cities saat ini diterapkan di dalam WPS Medan – Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru
dimana kota-kota pada WPS tersebut merupakan pusat-pusat pertumbuhan yang terkoneksi baik dari
infrastruktur fisik yaitu jalan dan pelabuhan maupun infrastruktur Information technology ( IT) yang
memberikan layanan informasi dan komunikasi antar kota.
“Pada pengembangan kawasan perkotaan di Jakarta, misalnya, saat ini PUPR sedang mengembangkan Kota
Cerdas Berkelanjutan, dimana terdapat pembangunan infrastruktur yang mendukung konsep tersebut
seperti NCICD, sodetan Ciliwung, MRT Jakarta, interchange Semanggi dan jalan layang non tol Tanjung
Priok,” tutur Rezeki.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Trenggalek, Emil Elestianto mengatakan bahwa keberadaan kota di
dalam wilayah Kabupaten merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan daya saing dan diversifikasi
lapangan kerja, serta meningkatkan liveability wilayah kabupaten. “Pusat pertumbuhan baru akan
dikembangkan di pesisir selatan Jawa Timur, termasuk Pacitan, Panggul dan kota pelabuhan Prigi,”
ucap Emil yang menjadi salah satu narasumber pada parallel event tersebut.
Sekretaris Jendreal Eastern Regional Organisation for Planning and Housing (EAROPH), Norliza
Hashim, menambahkan bahwa perkotaan perlu perencanaan secara menyeluruh dan terpadu dan melibatkan
stakeholders, serta melakukan pembahasan untuk dalam membentuk rencana dan kebijakan.
Sebelumnya, Walikota Ternate, Burhan Abdurrahman, menjelaskan bahwa terkait dengan pengembangan
kawasan perkotaan, terdapat beberapa isu permasalahan perkotaan di Ternate saat ini seperti
keterbatasan lahan perkotaan, ketidakseimbangan pertumbuhan antara kawasan dimana konsentrasi
sentral jasa perdagangan dan permukiman hanya dipusat kota, masih terdapat kawasan rawan bencana
yang bersifat musiman, pengendalian ruang dan lingkungan serta kesadaran masyarakat yang belum
optimal dan belum adanya pemerataan serta pembangunan berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah.
Diskusi yang dipandu moerator dari IAP/EUROPH, Bernardus Djonoputro ini juga menghadirkan narasumber
lain seperti Walikota Ternate, H.Burhan Abdurrahman, United Cities and Local Governments (UCLG)
Asia Pacific, Bernadia Irawati Tjandradewi, dan Kemitraan Habitat , Imam S.Ernawi.
Parallel Event yang diadakan oleh Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR
bersama dengan EAROPH serta didukung oleh UCLG Asia Pasifik, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh
Indonesia (Apeksi), dan Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) tersebut
mendukung Preparation Committee 3 Habitat III yang bertemakan Sustainable Urbanization towards The
New Urban Agenda. (INI/Hen/InfoBPIW)