Koordinasi Lintas Sektor Dibutuhkan dalam Pengembangan Perkotaan
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) berharap pemerintah daerah dapat melakukan koordinasi lintas sektor dalam pengembangan
infrastruktur perkotaan di daerahnya.
“Koordinasi yang baik perlu dilakukan untuk menghindari persoalan tata ruang dalam pengembangan
perkotaan,” terang Kepala BPIW Kementerian PUPR, Rido Matari Ichwan saat memaparkan “Mewujudkan
Keterpaduan Infrastruktur Perkotaan yang Efektif dan Efisien” pada Urban Dialog: Indonesia Planning
Outlook 2017 dalam Kongres Nasional Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia ke-XI di Jakarta, Kamis
(3/11)
Menurutnya, persoalan tata ruang biasanya dilatarbelakangi koordinasi yang kurang terjalin dengan
baik. Dengan begitu, lanjutnya, pengembangan perkotaan perlu melibatkan lintas sektoral. “Baik
lintas kementerian, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, swasta dan lainnya,” jelas Rido.
Ia mencontohkan, Kementerian PUPR saat ini memberikan dukungan infrastruktur terhadap lintas
sektoral, seperti pada kawasan industri ekonomi khusus, kawasan perdesaan prioritas, kawasan
strategis pariwisata nasional dan lainnya. "Dalam mendukung kawasan-kawasan tersebut, Kementerian
PUPR senantiasa melakukan koordinasi dengan sektor-sektor terkait," lanjutnya.
Di sisi lain, Rido mengungkapkan, isu-isu perkotaan di Indonesia yang terjadi saat ini antara lain,
persoalan banjir, genangan air, kawasan kumuh, kemacetan, sampah, serta akses air minum layak bagi
masyarakat.
Untuk mengatasi tantangan perkotaan tersebut, BPIW mendorong pemerintah daerah mengembangkan
konsepsi Kota Cerdas Berkelanjutan di daerahnya. Menurut Rido, konsepsi Kota Cerdas Berkelanjutan
memiliki tujuan menciptakan ruang perkotaan yang berkualitas untuk membuat masyarakat menjadi lebih
aman, sehat, sejahtera, bahagia, dan selamat.
“Kota Cerdas Berkelanjutan, kawasan perkotaan itu harus memiliki 20 persen Ruang Terbuka Hijau
(RTH), 20 persen jalan dan pedestrian, serta pengelolaan sampah yang baik dan lainnya.” paparnya.
Di tempat yang sama hadir pembicara lain, yakni Direktur Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria
Tata Ruang dan Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Budi Situmorang, Deputi III Bidang Koordinasi
Infrastruktur, Kementerian Koordinator Kemaritiman Ridwan Djamaludin, WaliKota Bandung Ridwan Kamil,
Walikota Makassar Ramadhan Pomanto, dan Bupati Agam, Indra Catri.
Budi Situmorang menyatakan, konflik tata ruang perlu juga menjadi perhatian para planner (perencana)
perkotaan. Menurutnya, saat ini penataan kota cenderung belum ideal karena pengembangannya hanya
mengikuti tren. “Perencanaan kota dilakukan dengan tidak ideal,” terangnya.
Dari perencanaan perkotaan yang tidak ideal, lanjutnya, berimplikasi pada kualitas tata ruang yang
dihasilkan tidak ideal juga dan cenderung kurang memuaskan masyarakat. Menurutnya, kalau konflik
tata ruang terjadi kerap berlangsung lama. Kemudian akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan
ekonomi, investasi, dan percepatan pembangunan infrastruktur.
Di tempat yang sama, Ridwan Djamaludin menyatakan, koordinasi dan keterpaduan merupakan kunci dalam
mengembangkan kota. Terlebih, biaya untuk pengembangan infrastruktur kota tidak murah. “Untuk itu
dalam perencanaan pengembangan kota perlu mematuhi nilai-nilai dan mengedepankan koordinasi,”
katanya.
Walikota Bandung, Ridwan Kamil mengungkapkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung senantiasa
berkomitmen membangun kota yang maju dengan membuka ruang koordinasi yang luas untuk berbagai pihak.
“Termasuk koordinasi dengan perencana perkotaan,” terangnya.
Ia mengakui, beragam konflik tata ruang kerap dialami Pemkot Bandung. Salah satunya rencana
pencabutan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Barat.
Menurunya, dalam mewujudkan pembangunan perkotaan memang perlu keterlibatan banyak sektor. “Walau
kadang untuk melakukan hal yang sederhana saja, perlu waktu panjang dan birokrasi berjenjang.
Padahal di sisi lain, masyarakat kota sudah banyak yang menyampaikan aspirasi ke kantor pemkot alias
demo, banyak yang protes di media sosial dan lainnya,” terangnya.
Pengembangan kota sejatinya sesuatu yang memerlukan proses, sehingga semua pihak harus
berlomba-lomba memberikan kontribusi terbaik untuk kemajuan kota. “Agar kota cepat maju dan
berkembang,” terang Ridwan.
Sementara itu, Walikota Makassar, Ramadhan Pomanto mengatakan, dalam mewujudkan percepatan
pembangunan kota memerlukan dana yang tidak sedikit. Untuk itu, lanjutnya, pembangunan daerah
senantiasa perlu dukungan pusat. “Kalau hanya mengandalkan kemampuan finansial daerah, berat
memang,” terangnya. Untuk itu, lanjutnya, dukungan banyak pihak memang menjadi kunci utama dalam
percepatan pengembangan kota. (ris/infoBPIW)