Kembangkan Infrastruktur Terpadu, Kementerian PUPR Perkuat Kawasan Perbatasan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pacu akselerasi pengembangan infrastruktur terpadu
di kawasan perbatasan. Hal itu guna memperkuat wilayah perbatasan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) sesuai dengan Nawacita dan Visi Misi Presiden.
Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR, Rido Matari Ichwan
mengatakan, daratan yang merupakann wilayah perbatasan di Indonesia meliputi, Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) dengan Timor Leste. "Kemudian Provinsi Kalimantan Barat, Tengah dan Utara
dengan Malaysia serta Provinsi Papua dengan Papua Nugini," papar Rido saat berbicara dalam Focus
Group Discussion (FGD) ”Jelajah Tapal Batas 2017” di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, Kamis (10/8).
Hadir sebagai pembicara lain, Gubernur Kalimantan Utara, Irianto Lambrie, Direktur Utama Telkomsel
Ririek Adriansyah, Pelaksana Tugas Pengembangan Pita Lebar Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemkominfo), Marvel Situmora, dan Walikota Tarakan, Sofian Raga. Diskusi ini juga diikuti
perwakilan asosiasi pengusaha, pemerintah daerah, TNI/Polri, dan kelompok masyarakat.
Menurut Rido, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PUPR telah mengamanatkan pengembangan wilayah
perbatasan melalui pemenuhan pelayanan dasar serta peningkatan konektivitas sebagai upaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan perbatasan.
"Mulai dari membuka keterisolasian, mendukung perekonomian rakyat, pelayanan sosial dasar, Pos
Lintas Batas Negara (PLBN) terpadu dan lainnya," terang Rido. Untuk pengembangan konektivitas
kawasan perbatasan di Provinsi Kalimantan Utara, lanjutnya, program infrastruktur yang digulirkan
pada anggaran tahun 2017 meliputi, Pembangunan Jalan Long Boh – Metulang–Long Nawang,
“Untuk Pembangunan Jalan Long Bawan – Long Midang, Pembangunan Jalan Long Pujungan–Long Kemuat –
Langap dan Pembangunan Jalan Mensalong – Tau Lumbis melalui cara membuka hutan terlebih dahulu,”
ujarnya.
Kemudian, ada juga Preservasi Rehabilitasi Jalan Dalam Kota Tanjung Selor, Rehabilitasi Mayor Jalan
Sekatak Buji – Malinau, Rehabilitasi Mayor Jalan Lingkar Pulau Sebatik, Rehabilitasi Mayor Jalan
Mensalong –APAS.
“Pelebaran Jalan Batas Bulungan – Tanjung Selor, pelebaran Jalan Tanjung Selor –. Tanjung Palas,
Pelebaran Jalan SP. 3 Tanjung Palas – Sekatak Buji, Preservasi Rehabilitasi Jalan Dalam Kota
Nunukan serta Rekonstruksi Jalan Simanggaris – Batas Negara,” jelasnya.
Adapun pengembangan keciptakaryaan, lanjut Rido meliputi, pembangunan Break Water Pantai Tanjung
Aru, Kepulauan Sebatik, pembangunan Sea Wall Pantai Amal Baru, Kota Tarakan, pembangunan embung
serbaguna Tanjung Agung, pembangunan embung serbaguna Pulau Bunyu Tahap I serta pembangunan intake
dan jaringan transmisi Indulung Kota Tarakan.
Selain itu, ada peningkatan infrastruktur permukiman kawasan kumuh di Sungai Bolong Kelurahan,
Nunukan Utara, pembangunan infrastruktur kawasan perdesaan desa raspen tubu di Kec. Malinau
Utara,pembangunan drainase lingkungan Pulau Sebatik dan lainnya.
Rido menjelaskan, peningkatan kualitas rumah swadaya dilakukan mencapai 1.500 Unit, pembangunan
rumah khusus 100 unit serta revitalisasi rumah khusus 50 unit.
Di tempat sama, Irianto Lamri menerangkan, selama ini pembangunan infrastruktur fisik dan
telekomunikasi telah memacu pertumbuhan ekonomi wilayah perbatasan yang ada di Kalimantan Utara.
“Meskipun masyarakat itu sangat berharap agar mutunya bisa meningkat. Idealnya bisa melebihi
fasilitas yang ada di negara tetangga,” terangnya.
Menurutnya, pemerintah sudah terlalu lama fokus di pusat pemerintahan, terutama di Pulau Jawa, Bali,
dan sebagian Sumatera, namun tiga tahun kebelakang telah beda.
“Hal itu terlihat di wajah pintu-pintu lintas batas negara serta desa dan kecamatan di wilayah
perbatasan,” terangnya. Untuk pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, dan infrastruktur
telekomunikasi sudah dilakukan, sehingga meningkatkan mobilitas warga.
Hal itu sudah membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Utara. “Pada tahun 2015, ekonomi
Kalimantan Utara tumbuh 3,75 persen, namun data Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan I-2017
menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Utara 6,17 persen. Angka itu menempati pertumbuhan
tertinggi kedua setelah Kalimantan Tengah 9,49 persen,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ia mengakui, akses jalan antarkabupaten dan kecamatan sudah lebih baik, penggunaan
telepon tak perlu memakai kartu operator negara tetangga atau memanjat pohon untuk mencari sinyal,
meski ada beberapa kawasan masih lemah sinyalnya.
Pembicara lainnya, Ririek Adriansyah mengatakan, pihaknya saat ini terus memperluas jangkauan
jaringan internet hingga ke wilayah perbatasan. Ia berharap hal tersebut akan dampaknya pada
perekonomian.
Ia menerangkan, data Bank Dunia pada 2010 menunjukkan, setiap 10 persen peningkatan penetrasi
internet akan memacu pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38 persen di negara maju dan 1,12 persen di
negara berkembang.
Di tempat sama, Marvel Situmora mengakui, saat ini masih ada sejumlah wilayah yang belum memperoleh
sinyal telepon seluler. “Dalam lingkup nasional ada 8.831 desa yang belum bersinyal dari total
79.191 desa dan kelurahan di Indonesia,” terangnya.
Dengan begitu, lanjut Marvel, pihaknya menempuh sejumlah cara untuk mengatasi kemacetan komunikasi,
antara lain melalui program Palapa Ring yang menghubungkan kota/kabupaten dengan jaringan serat
optik, membangun infrastruktur di wilayah tanpa sinyal, dan menyediakan akses internet melalui desa
broadband terpadu.
Ia menjelaskan, wilayah perbatasan di Kalimantan Utara merupakan bagian yang menjadi sasaran
pembangunan menara base transceiver station (BTS). Program ini menyasar 228 lokasi sepanjang tahun
2016-2017, antara lain 41 lokasi di Kalimantan Utara, 22 lokasi di Nusa Tenggara Timur, dan 18
lokasi di Papua.(ris/infoBPIW)