Kementerian PUPR Dorong Pengembangan Infrastruktur Kota Pasuruan Menuju Kota Pusaka
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah (BPIW) mendorong akselerasi pengembangan infrastruktur di Kota Pasuruan sebagai dukungan
dalam mewujudkan Kota Pusaka.
Hal itu terungkap dalam rapat koordinasi kunjungan kerja Pemerintah Kota (Pemkot) Pasuruan yang
dipimpin langsung Walikota Pasuruan, Setiyono di kantor BPIW, Jakarta, Rabu (13/9).
Kepala BPIW, Rido Matari Ichwan mengatakan, banyak hal yang perlu dilakukan dalam mewujudkan Kota
Pasuruan sebagai Kota Pusaka. “Salah satunya Pemkot perlu menciptakan sesuatu yang khas. Keberadaan
sesuatu yang menjadi ciri khas akan menjadikan daya tawar Kota Pasuruan dalam menarik minat
kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara,” jelas Rido.
Menurutnya, untuk lingkup nasional lokasi Kota Pasuruan merupakan wilayah yang strategis, yakni
masuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) 14, Surabaya–Pasuruan–Banyuwangi.
Kementerian PUPR, papar Rido, saat ini menggunakan metode pengembangan infrastruktur berbasis
wilayah atau WPS. “Dalam mengembangkan infrastruktur di Kota Pasuruan, seluruh unit organisasi
teknis di Kementerian PUPR tinggal melakukan pendetailan dari masterplan dan develoment plan WPS 14
yang telah disusun BPIW,” terangnya.
Lebih lanjut, Rido mengatakan, Kota Pasuruan juga beruntung karena lokasinya berdekatan dengan
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) prioritas Bromo-Tengger-Semeru (BTS). Sebab, dalam
pengembangan infrastruktur KSPN tersebut akan berdampak pada pengembangan infrastruktur di Kota
Pasuruan.
“Dari masterplan dan develoment plan KSPN BTS itu, dalam detail pengembangan infrastrukturnya
melingkupi kawasan-kawasan di sekitarnya, yang salah satunya Kota Pasuruan,” ungkap Rido.
Di tempat sama, Kepala Bidang Perencanaan Infrastruktur I, Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR,
BPIW, Benny Hermawan mengatakan, Kementerian PUPR pada tahun 2017 telah melakukan investasi di
wilayah Pasuruan mencapai Rp 100 miliar lebih. “Dukungan dari Kementerian PUPR itu sifatnya memang
menyebar di banyak lokasi,” jelas Benny.
Ia menambahkan, guna melakukan akselerasi pengembangan Kota Pasuruan sebagai Kota Pusaka diperlukan
grand desain yang aplikatif. “Dalam penyusunan grand desain itu, tentu perlu ada sinergi andil
anggaran pusat, daerah serta peran swasta,” tegasnya.
Sementara itu, Setiyono yang didampingi jajaran pejabat Pemkot Pasuruan menyatakan, Pemkot Pasuruan
setelah ditetapkan sebagai Kota Pusaka telah melakukan sejumlah pembenahan.
“Seperti melakukan penanganan terhadap sejumlah icon bangunan yang menjadi simbol kota tua, agar
berfungsi lebih maksimal lagi,” ujar Setiyono.
Ia menjelaskan, beberapa bangunan kuno yang ada di Kota Pasuruan seperti Gedung Harmoni, Pelabuhan
Rakyat dan Gedung Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dan lainnya.
“Bahkan untuk Gedung P3GI yang dibangun pada zaman pemerintahan Belanda akan dibuka untuk umum, agar
masyarakat yang selama ini hanya mengenal luarnya saja, dapat mengenal lebih jauh lagi dari
dalamnya,” tegas Setiyono.
Menurutnya, pengembangan Kota Pusaka di Kota Pasuruan akan dipusatkan pada Jalan Balai Kota Pasuruan
hingga Jalan Pahlawan yang banyak berdiri gedung-gedung bersejarah.
Untuk sarana dan prasarana untuk mendukung Kota Pusaka terus dipersiapkan, agar masyarakat luas
makin merasa nyaman dan mendapatkan sesuatu yang positif saat berkunjung ke Kota Pasuruan. “Dimana
berbagai icon bangunan bersejarah ini, akan dipadukan dalam wisata Kota Pusaka sebagai sarana
pembelajaran masyarakat,” terangnya.
Ia berharap, kunjungan jajaran Pemkot Pasuruan ke BPIW Kementerian PUPR akan berdampak terhadap
percepatan pengembangan infrastrukur di Kota Pasuruan dalam mewujudkan konsep Kota Pusaka.
(ris/infoBPIW)