Kota-Kota di Indonesia Tahun 2030 Inklusif dan Berkelanjutan
Pada 2030 mendatang, “wajah” kota-kota di Indonesia akan memperhatikan beberapa aspek seperti
keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Selain itu, menurut Kepala BPIW Kementerian PUPR Hadi
Sucahyono, kota-kota di Indonesia memperhatikan ketahanan terhadap bencana, kota cerdas, dan modern
(sesuai dengan standar internasional).
“Kota-kota di Indonesia harus bersifat inklusif dan berkelanjutan. Selain itu, memiliki layanan
dasar dan perumahan yang aman dan terjangkau, serta mempromosikan pembangunan ekonomi lokal,” ujar
Hadi dalam Webinar yang digelar Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) yang bertajuk What Indonesian Cities
Look Like In 2030?, Rabu, 29 Juli 2020.
Tidak hanya itu, pada 2030 “wajah” kota-kota di Indonesia tanpa limbah, karbon rendah, dan tersedia
ruang hijau publik. Kemudian sistem transportasi menjangkau untuk semua dan juga menjamin
keselamatan jalan.
Untuk menuju ke sana, Indonesia perlu mempercepat pembangunan infrastruktur terutama di perkotaan
dimana lebih dari 50% masyarakat tinggal saat ini. BPIW telah melakukan perencanaan dan pemrograman
pembangunan infrastruktur terpadu untuk beberapa kawasan perkotaan, seperti metropolitan, kota baru,
kota perbatasan, kota yang tangguh terhadap bencana. Hal itu dilakukan untuk mempercepat
pembangunan.
Lebih lanjut disampaikan Hadi, pengembangan perkotaan dan wilayah sebagai pusat pertumbuhan menjadi
fokus dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur berbasis pada 35 Wilayah Pengembangan Strategis
(WPS).
Ia juga menjelaskan mengenai Visi Jangka Panjang Kementerian PUPR (Visium) hingga 2030. Untuk
sektor Sumber Daya Air diproyeksikan membangun kapasitas air baku mencapai 120 m3/kapita/tahun.
Sektor Bina Marga diproyeksikan dapat mencapai Kondisi Jalan Mantap 99 persen, Konstruksi Jalan Tol
mencapai 2.000 Km, 3.000 Km Jalan Nasional Baru, dan Pembangunan Jembatan Baru mencapai 70.000
meter.
Sedangkan sektor Cipta Karya ditargetkan mencapai 100 persen untuk akses air minum, kota yang bebas
kumuh, dan 100 persen untuk akses terhadap sanitasi yang layak. Untuk sektor Perumahan diantaranya
diharapkan dapat memenuhi 3 Juta backlog rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Kegiatan yang dimoderatori Ketua Umum IAP Andi Simarmata ini menghadirkan Wali Kota Bogor Bima Arya
yang menjelaskan Bogor sebagai green city (kota hijau), smart city, dan heritage city. Narasumber
lainnya adalah Komite Ilmiah ISOCARP /Tractebel ENGIE Charles Edouard Delpierre dan Head Of Urban
Asia Pacific at Tractebel ENGIE Etienne Drouet. Kegiatan ini dihadiri lebih dari seratus peserta
dari berbagai negara. (Hen/infobpiw)