BPIW Paparkan Strategi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia pada Deloitte Infrastructure Week
Sejak tahun 2015 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah (BPIW) mengoptimalkan keterpaduan pembangunan infrastruktur bidang PUPR.
Keterpaduan tersebut dilakukan melalui 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Hal Itu dilakukan
untuk mengurangi disparitas antara wilayah Barat dan Timur Indonesia.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Perencanaan Infrastruktur BPIW Kementerian PUPR, Hadi Sucahyono
saat berbicara mewakili Kepala BPIW Hermanto Dardak pada acara Deloitte Infrastructure Week dengan
tema “Encouraging SMART Infrastructure Development”, di Jakarta, Senin (14/3).
Lebih lanjut Hadi menjelaskan bahwa keterpaduan dan sinkronisasi tidak saja dilakukan antar
satminkal di Kementerian PUPR, namun juga antar kementerian. “Contohnya, kami mendukung pembangunan
infrastruktur di 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional atau KSPN yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Pariwisata, atau pembangunan infrastruktur di 15 Kawasan Industri yang sudah ditetapkan
oleh Kementerian Perindustrian,” tutur Hadi pada acara yang diselenggarakan oleh Deloitte Indonesia
tersebut.
Terkait pengembangan pembangunan infrastruktur menurut Hadi, Kementerian PUPR saat ini tengah
menerapkan smart infrastructure yang sudah dilakukan dalam pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.
Jalan tol tersebut memiliki lebar 120 meter. Padahal biasanya hanya 60 meter. “Dengan lebar jalan
yang dua kali lipat itu, di sisi jalan tol dapat dipasang utility box untuk listrik, saluran gas,
saluran air dan kabel fiber optic untuk telekomunikasi, dan di sisi lainnya dapat dibangun jalur
kereta,” tambah Hadi.
Selain Jalan Tol Trans Sumatera, smart infrastructure lainnya adalah green building yang sudah
diterapkan di gedung Kementerian PUPR. Dengan cara ini menurut Hadi dapat menghemat energi listrik
sampai dengan 44%, menghemat konsumsi air sampai dengan 61 hingga 83%, dan mengurangi emisi karbon
sampai dengan 1.650 ton per tahun.
“Kami juga mengembangkan green water sebagai salah satu smart infrastructure, yang sudah dilakukan
di Madura yaitu mengubah air laut menjadi air bersih menggunakan teknologi reverse osmosis,” tutur
Hadi.
Dalam kesempatan itu Hadi juga menyatakan Kementerian PUPR membuka kerjasama bagi pihak swasta,
pemerintah daerah, maupun lembaga pinjaman dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Kerjasama tersebut khususnya dalam segi finansial, dikarenakan keterbatasan anggaran pemerintah
terhadap kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Acara yang dihadiri konsultan ahli sektor infrastruktur dari beberapa negara ini merupakan ajang
diskusi dan tukar pikiran dalam menyelesaikan tantangan infrastruktur, khususnya dalam 3 pilar
utama, yakni perencanaan, pendanaan, dan pelaksanaan yang baik. (Naufal/InfoBPIW)