Pengembangan Super Koridor Manufaktur Subang-Batang Dilakukan Dengan Terintegrasi Antar Sektor
Pembangunan infrastruktur pengembangan Super Koridor Manufaktur Subang-Batang dilakukan dengan
strategi dengan menggunakan paradigma baru pengembangan wilayah yakni pembangunan yang terintegrasi
antar sektor. Menurut Kepala BPIW Hadi Sucahyono strategi ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya
yang bersifat pendekatan sektoral. Hal itu disampaikannya saat menjadi salah satu pembicara pada
Webinar Strategi Pengembangan Koridor Subang – Batang melalui video conference (vicon), Selasa, 30
Maret 2021.
Tujuan dari paradigma baru ini untuk memanfaatkan potensi wilayah untuk menciptakan daya saing.
Sebelumnya, tujuan dari pengembangan wilayah adalah untuk keseimbangan ekonomi, bersifat sementara
dan mengimbangi disparitas.
Dari sisi alat pembangunan menurut Hadi paradigma pengembangan wilayah yang baru berupa
infrastruktur fisik dan non fisik. Sedangkan paradigma pengembangan wilayah dulu persifat subsidi
dan bantuan negara. Kemudian dari sisi para pelaku atau pelaksana pembanguna yakni para penentu
kebijakan dari berbagai tingkatan.
Namun dulu hanya Pemerintah Pusat semata. Kemudian, dari sisi unit analisis bersifat wilayah
fungsional yang berbeda dengan paradigma sebelumnya yang bersifat wilayah administratif. “Kita harus
menghilangkan egosime wilayah administratif, karena sekarang kita bicara wilayah fungsional yang
lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi sosial maupun lingkungan,” ungkapnya.
Hadi juga menjelaskan bahwa rencana pembangunan infrastruktur PUPR dan wilayah dilakukan secara
terpadu dari beberapa segi, seperti dari segi teknis dilakukan pembangunan infrastruktur oleh Ditjen
Sumber Daya Air (SDA), Bina Marga, Cipta Karya dan Perumahan. Keterpaduan juga dalam hal pendanaan,
sosial, Lingkungan Hidup dan kelembagaan. Perencanaan keterpaduan infrastruktur tersebut dilakukan
melalui Rapat Koordinasi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
(Rakorbangwil) yang melibatkan beberapa Kementerian/Lembaga terkait. Selain itu dilakukan
Konsultasi Regional (Konreg) yang melibatkan beberapa stakeholder terutama Pemerintah Daerah.
“Pendekatan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR tidak hanya top down, tapi juga bottom
up yang mana kita memperhatikan kebutuhan daerah dan kita memperhatikan masalah tata ruang daerah.
Kita memadukan top down dan bottom up, dari sejak perencanaan sampai pembangunan, “ tutur Hadi.
Demikian pula potensi pendanaannya, tidak hanya melalui APBN , tapi diundang juga swasta untuk
berpartisipasi. Disisi lain, Hadi mengatakan bahwa BPIW memiliki 15 indikator pembangunan di tanah
air yang menjadi fokus pembangunan infrastruktur antara lain Kawasan Strategis Tematik Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI). “Jadi
pembangunan dilakukan secara berimbang, tidak hanya perkotaan tapi juga perdesaan,” ungkap Hadi.
Menurutnya pengembangan KI di Subang dan Batang sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan potensi lokal
strategis, membuka lapangan kerja baru, meningkatkan investasi dan pengembangan wilayah utara Jawa
secara berkelanjutan.
Oleh karenanya strategi pengembangan koridor Subang-Batang ini seperti Menumbuhkan Sektor/Kawasan
Ekonomi Baru sepanjang Super Koridor Subang – Batang (Kawasan Inkubasi), Integrasi Super Koridor
Subang – Batang dengan wilayah Tengah -Selatan Jawa dan Integrasi antar moda transportasi dan
pengembangan Transit Oriented Development (TOD).
Pengembangan super koridor ini diharapkan dapat memicu pertumbuhan bukan saja di lokasi kawasan
industri, namun juga di sepanjang koridor tersebut. “Sinergi infrastruktur mendukung pengembangan
kawasan industri dan kawasan sekitarnya sangat diperlukan agar tercapai pembangunan yang efisien
namun optimal,” tutur Hadi.
Sekda Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja mengatakan pengembangan Kawasan Industri di Jawa
Barat membutuhkan kolaborasi maupun koordinasi serta inovasi dari berbagai stakeholder baik pusat
maupun daerah. Ia berharap pengembangan Kawasan Industri di Subang dapat membuka lapangan pekerjaan,
mengingat banyak yang terdampak Covid 19, salah satunya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). “Apalagi
Presiden berperan bahwa industri dapat bersinergi dengan UMKM agar dapat mengangkat perekonomian
masyarakat,” tuturnya.
Kepala Bappeda Kabupaten Subang Hari Rudianto menyatakan selain sebagai Kawasan Industri di Subang
juga sedang dikembangkan pengolahan sampah di desa-desa. Ia juga mengusulkan pemerintah pusat
memberikan insentif bagi daerah-daerah agraris seperti Kabupaten Subang, karena daerah agraris
tidak memiliki pendapatan.
Kegiatan yang dimoderatori Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi Investasi Dadang Rukmana ini
menghadirkan narasumber lainnya yakni Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia Sonny Iskandar.
Paparan Sonny mengambil tema Super Koridor Manufaktur Subang-Batang sebagai Lanjutan Kawasan
Industri di Indonesia (Perspektif -Prospek). (Hen/infobpiw)