Manajemen Perkotaan yang Inovatif dan Smart Solusi Permasalahan Kota
Indonesia masih menghadapi banyak “pekerjaan rumah” dalam sektor perkotaan. Salah satu permasalahan
utama perkotaan adalah urbanisasi yang semakin pesat. Dalam 4 dekade terakhir penduduk perkotaan di
Indonesia meningkat hingga 6 kali lipat dari 20 juta jiwa menjadi 120 juta jiwa atau sekitar 53%
dari total populasi.
“Prinsipnya urbanisasi tidak perlu dihindari, bahkan perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik
untuk kesejahteraan masyarakat seluruh Indonesia,” ungkap Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah (BPIW), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Rido Matari Ichwan yang
membacakatan sambutan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono pada “Malam Penghargaan Gerakan Menuju 100
Smart City 2017” di Jakarta, Rabu malam (15/11).
Menurut Rido, kota sebagai pusat konsentrasi penduduk, interaksi sosial budaya, serta kegiatan
ekonomi memang dituntut dapat memenuhi kebutuhan infrastruktur, pelayanan dasar, kecukupan air,
pangan, energi, perumahan layak huni, kesehatan, pekerjaan yang layak, ruang terbuka hijau, aman
dari banjir, macet, bencana lain, serta masalah sosial kemasyarakatan.
Dengan begitu, lanjut Rido, kondisi tersebut menuntut hadirnya kapasitas manajemen perkotaan yang
inovatif dan smart, guna memberikan layanan perkotaan yang lebih handal, sekaligus untuk merespon
tantangan pembangunan perkotaan yang semakin kompleks.
“Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi yang begitu pesat. Sejatinya membuka peluang
munculnya solusi-solusi yang inovatif dan kreatif di berbagai sektor kehidupan serta mengurangi
disparitas, meningkatkan efektivitas dan efisiensi,” jelas Rido.
Menurutnya, saat ini beragam upaya telah dilakukan untuk membangun kota-kota di Indonesia menjadi
kawasan perkotaan yang lebih berkualitas. “Kota-kota Indonesia masa depan kita arahkan sejalan
dengan Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan 2015–2045, yaitu kota berkelanjutan
dan berdaya saing untuk kesejahteraan masyarakat,” terangnya.
Ia berharap, pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan di masing-masing wilayahnya dapat
mengakomodir unsur-unsur, antara lain kehidupan cerdas berkelanjutan (smart living), ekonomi dan
mobilitas cerdas berkelanjutan (smart economy & mobility), lingkungan ekologi cerdas berkelanjutan
(smart ecological environment) serta tata kelola dan komunitas cerdas berkelanjutan (smart
governance & community).
Kota yang cerdas akan sangat mengandalkan ICT/teknologi, fasilitas, dan infrastruktur fisik kota yg
canggih, namun akan lebih berguna jika masyarakatnya juga memiliki budaya yang baik, seperti: tidak
merusak lingkungan, tidak boros energi, pola konsumsi yg sesuai, dan sebagainya.
Menurut Rido, Kementerian PUPR sangat mendukung terwujudnya smart city di Indonesia, yakni melalui
pengembangan infrastruktur cerdas (smart infrastructure) yang menerapkan unsur-unsur teknologi
sehingga dapat termonitor secara actual.
“Sebagai contoh instalasi early warning system untuk peringatan banjir di koridor Kanal Banjir
Timur, smart tunnel Kali Ciliwung, pengolahan waste to energy di TPA Bantargebang dan TPA Benowo
Surabaya yang mampu memproduksi listrik hingga 10 MW melalui pemanfaatan gas landfill dan lain
sebagainya,” terang Rido.
Selain itu, ungkapnya, Kementerian PUPR juga memberikan dukungan dalam bentuk program-program
pembinaan pengembangan kawasan perkotaan, termasuk pada beberapa kota/kabupaten yang berpartisipasi
dalam Gerakan Menuju 100 Smart City. “Misalnya Kota Semarang dan Kota Bandung yang turut
berpartisipasi aktif dalam program Ecodistrict yang merupakan kerjasama Kementerian PUPR dengan
Pemerintah Perancis dalam rangka mewujudkan kota berkelanjutan sejak tahun 2014,” ungkap Rido.
Rido melanjutkan, pihaknya meyakini kegiatan tersebut akan memacu dan memotivasi seluruh
stakeholders, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga masyarakat untuk sama-sama
berkontribusi dalam membangun kota- kota yang inovatif, produktif, dan berdaya saing.
“Semoga ajang penghargaan ini mampu menjadi bara yang membakar semangat untuk menjadikan kota-kota
kita menjadi lebih layak huni, berkelanjutan, berketahanan, dan cerdas,” pungkasnya.
Seperti diketahui, “Malam Penghargaan Gerakan Menuju 100 Smart City 2017” ini digelar Kementerian
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Republik Indonesia dalam rangka mendorong
kota-kota di Indonesia mampu mengubah cara berpikir dan cara melayani masyarakat untuk lebih cerdas,
efektif dan efisien.
Ada 24 kota dan kabupaten yang mendapatkan penghargaan Smart City. Malam penganugerahan ini dihadiri
oleh jajaran pemerintahan, staf Kepresidenan dan perwakilan dari Kompas Gramedia Group of Magazine
Magazine.(ris/infoBPIW)