BPIW Gelar Bedah Buku "Mewariskan Kota Layak Huni"

Layanan Informasi BPIW     |     03 Mar 2017     |     10:03     |     990
BPIW Gelar Bedah Buku

Badan Pengembangan Infrastruktur dan Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan acara Bedah Buku "Mewariskan Kota Layak Huni" di Kementerian PUPR, Kamis (3/2). Kegiatan yang dibuka Kepala BPIW, Rido Matari Ichwan ini menghadirkan penulis buku, "Mewariskan Kota Layak Huni", Nirwono Joga, Prof. Roos Akbar serta Lana Winayanti sebagai penanggap.

Rido mengatakan, esensi dari buku yang dibedah sangat erat kaitannya dengan tugas BPIW, yakni melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan strategis keterpaduan antara pengembangan kawasan dan infrastruktur PUPR.

"Acara ini akan mampu menyegarkan dan menambah wawasan baru bagi kita insan BPIW dalam merencanakan, membangun kota serta wilayah secara terpadu dan komprehensif," yakin Rido.

Ia berharap, penyegaran serta penambahan khazanah keilmuan tersebut dapat diterapkan dalam penyusunan masterplan dan development plan tiga tahunan atau satu tahunan. "Dengan begitu, produk-produk BPIW akan semakin terjamin kualitasnya dan selalu mengikuti kebutuhan zaman," terang Rido

Rido juga menilai, esensi buku tersebut perspektinya tidak hanya dalam konteks nasional namun juga global. Dalam konteks global, sejalan dengan perngarusutamaan serta pelaksanaan  Sustainable Developmen Goal’s (SDG’s) New Urban Agenda (NUA) atau Agenda Baru Perkotaan yang merupakan hasil Konferensi Habitat III 2016 serta panduan internasional terkait perencanaan kota dan wilayah,” paparnya.  

Menurutnya, pengembangan wilayah yang mengacu pada panduan internasional dilakukan juga oleh beberapa provinsi di dunia, misalnya di Shanghai atau  Afrika Selatan.

Di Indonesia sendiri, lanjutnya, baik yang sektoral atau integrasi banyak yang mengacu pada pelaksanaan  panduan internasional. “Misalnya pengembangan Banjarbakula yakni Banjarmasin-Barito-Kuala atau Jabodetabek yang merupakan kerjasama Jakarta dengan Provinsi Jawa Barat dan Banten, tapi diluar kota itu banyak juga komponen-komponen kota yang kerjasama,” terangnya.

Di tempat yang sama, Nirwono Joga mengakui, terobsesi menulis buku perkotaaan karena dirinya telah lama bergelut di bidang perencanaan perkotaan dan wilayah. “Serta ada kesadaran untuk menyampaikan gagasan dalam mewujudkan kota layak huni,” terangnya.

Ia mengakui, sebagai arsitektur landskap sangat mengimpikan kehadiran kota-kota di Indonesia serta dunia itu kota yang aman, nyaman, ramah dan sejahtera. “Kemudian bebas polusi, bebas banjir, hijau dan asri. Transportasi umum layak dan terintegrasi sehingga memudahkan mobilitas warganya,” terangnya.

Selain itu, luas ruang terbuka publiknya, air bersih, bebas kumuh, fasilitas yang layak dan terjangkau

Untuk mencapai itu, lanjutnya, memang memerlukan waktu dan perumusan solusi-solusi teknis dalam proses perencanaan dan pembangunan perkotaan serta perencanaan manajemen lingkungan. “Semoga suatu saat gagasan dan hapan saya bisa terwujud,” terangnya.

Sementara itu, Prof. Roos Akbar mengatakan, dinamika perubahan kota saat ini sangat cepat cepat. Untuk itu perlu perencanaan khusus dalam menciptakan kota. “Kemudian hal yang mendasar dalam pengembangan kota adalah kesinambungan, karena pengembangan kota merupakan proses yang lama,” terangnya.

Lana Winayanti mengatakan, Indonesia memang perlu mengadopsi New Urban Agenda (NUA) atau Agenda Baru Perkotaan sesuai dengan karakteristik masing-masing kotanya. Terlebih, lahirnya NUA ini memiliki kedekatan dengan Indonesia. Sebab, NUA yang disepakati di Quito  cikal bakalnya merupakan hasil Konferensi Habitat III 2016  di Kota Surabaya, Jawa Timur.(ris/infoBPIW)

 

 

Bagikan / Cetak:

Berita Terkait: